Such a
simple movie!
Dan menurutku film ini menjadi luar biasa
karena kesederhanaannya. Tapi sebelum itu, aku ingin memberikan tepuk tangan kepada sang DOP.
That’s
sooo beautiful.
Kalau dilihat sekilas, kita mungkin cuma
melihat pengambilan gambar yang sebagian besar hand held seolah ini adalah sebuah film dokumenter. Tapi sebenarnya
pengambilan gambar secara hand held
ini membantu kita untuk masuk ke dalam cerita secara langsung, seolah kita
adalah yang merekam adegan-adegan tersebut. Ritme film ini diawal terasa sangat
cepat, cuttingnya cepat, dialognya
cepat, dan itu sangat membantu kita ikut merasakan amarah yang sedang dibawa
oleh pemainnya pada saat itu. Dan tidak ada shot yang mubazir, semuanya efektif
dan bahkan shot-shotnya sendiri bercerita dengan cara yang unik sehingga kita
mengartikannya dengan sudut pandang yang berbeda. Entah kenapa aku sendiri
merasa otakku ikut membaca shot-shot yang dibawa film ini, misalnya aja adegan
ketika Deputi Park membantu menjadi
perantara ketika Young ingin bertanya pada Lee. Kita hanya dilihatkan Park
bertanya pada Lee, tidak diperlihatkan ketika Young memintakan menyampaikan
pesannya untuk disampaikan kepada Lee, hanya dilihatkan ketikan Park kembali ke
meja Young setelah itu tapi shot berikutnya ia sudah bertanya lagi kepada Lee.
Cerdas.
Atau ketika adegan dimana Lee dan Young bertengkar di awal hingga
melakukan hal yang kejam satu sama lain. Woah, kecepatan ritmenya ikut
membuatku ngos-ngosan jujur saja, karena aku ikut terbawa tensinya yang naik
pada saat itu. Ditambah dengan scoring yang mendukung, shot yang sangat amat
efektif, untuk beberapa adegan diawal berhasil membuatku mengulang-ulang
adegannya, bukan karena aku tidak mengerti, tetapi karena aku terpukau dengan
cara film ini bercerita. Sebagai sebuah pembuka, film ini nyaris membuatku
ingin langsung memberikannya bintang penuh.
Very Ordinary Couple
sejak awal sudah menampilkan sebuah nuansa natural, dari warna gambarnya
sendiri yang lembut tetapi tetap tajam. Kita diajak memahami bahwa sesuai
konsepnya, film ini mengusung kesederhanaan, karena itu pengambilan gambarnya
pun terkesan sederhana, goyangan disana-sini, yang sekilas kita akan melihat
hal tersebut dilakukan oleh orang yang mengikuti karakter kemanapun mereka
pergi tapi sebenarnya itu untuk memberikan kita penguatan atas konsep apa
adanya dalam film ini. Ya, film ini kelihatannya mencoba untuk tetap istimewa
meskipun secara segi cerita tidak ada sesuatu yang special.
Sangat sesuai dengan
judulnya, Very Ordinary Couple merupakan cerita tentang dua orang pasangan yang
tidak berbeda dari pasangan lainnya, pasangan yang biasa saja. Kejadian seperti
putus-nyambung merupakan hal yang biasa terjadi dan kita saksikan di sekitar
kita. Dan unsur kedekatan ini membuat kita mampu memahami segala sesuatu yang
terjadi kepada setiap karakter. Disini kita juga ikut merasakan alasan-alasan
masuk akal yang lagi-lagi sering terjadi kepada pasangan yang akhirnya
mengakhiri hubungan mereka, dan kemudian kembali lagi dan apa yang berbeda dari
keduanya. Kita juga mengerti perasaan ketika dua orang yang bersama lagi
mencoba untuk melakukan hal yang sebaik mungkin agar tidak bertengkar tetapi
hal itu justru membuat mereka muak. Terkadang memang kenyataan tidak sesuai
dengan apa yang dibayangkan mengenai suatu hubungan, meskipun saling mencintai,
tetapi jelas penopangnya tidak hanya cukup sebuah cinta untuk membuat sebuah
hubungan berjalan. Kita diajak mengerti hal-hal tersebut, bukan memandang bahwa
orang yang putus itu selalu berarti tidak saling mencintai, tetapi ada yang
putus karena cinta tidak cukup untuk mereka, yang sayangnya itu adalah sesuatu
yang benar. Agak sedih memang karena ceritanya terlalu dekat dengan kehidupan,
menghilangkan segala imajinasi kita yang ingin menikmati film untuk lari dari
kehidupan dunia nyata, dan dipaksa untuk memahami hingga mengerti
keputusan-keputusan yang diambil oleh setiap karakter. Anyway, eksekusinya yang membuatku justru malah menyukai film ini.
Termasuk pemilihan aktor dan pengambilan gambarnya yang istimewa, meskipun
secara cerita sebenarnya cukup biasa saja.
Film ini menggunakan
metode wawancara dalam penceritaannya, kemudian dihubungkan dengan cerita dibalik
wawancara tersebut. Menariknya adalah, ketika penggunaan wawancara ini
digunakan untuk memperlihatkan kemunafikan para pemainnya, seolah pemainnya ini
artis terkenal yang putus dari pacarnya, kemudian diwawancara, dan kemudian
diam-diam kita diperlihatkan apakah yang mereka katakan sesuai dengan kenyataan
atau tidak, karena itu kita diperlihatkan kisah dibalik setiap wawancara. Lucunya, ternyata karakternya cukup munafik di awal. Seolah yang kita baca dari filmnya
adalah, di depan orang lain, termasuk di depan kamera mereka bersikap seolah tidak
terjadi apa-apa, atau saling mendukung, memperlihatkan karakter yang kuat,
tegar, dan meyakinkan. Tapi ketika kita melihat cerita dibaliknya atau bagaimana
mereka bersikap ketika sedang sendirian, rasanya semuanya bullshit. Beda jauh. Honestly, that’s
also what makes this movie feels so beautiful. Kita diperlihatkan
adegan-adegan yang seperti koin, satu paket tapi bertolak belakang. Dan itu
membuat film ini menjadi... yaah, bukan lucu, tapi membuatku gemas dan
geregetan. Tapi film ini juga
menunjukkan bahwa karakternya berkembang menjadi lebih baik dan lebih bijak,
yang membuat sedih, tapi juga membuat kita ikut mengangguk setuju.
Untuk film sepanjang 2
jam, kita tidak akan diperlihatkan kisah khas drama korea bertemakan sama dan
akan melihat banyak kepedulian dari karakternya ataupun keromantisan dari
karakter yang akhirnya berbaikan setelah putus. Film ini fokus untuk
memperlihatkan unsur ‘ketidakharmonisan’ sehingga hal-hal diluar itu tidak akan
terlalu ditonjolkan. Kita lebih sering diajak untuk merasakan rasa sakit, muak, kesal,
marah, dan perasaan negatif lainnya sekaligus ingin mengakhiri hubungan mereka,
tetapi juga ikut merasakan keinginan untuk kembali bersama. Ya, hal-hal itu
berhasil disampaikan film ini dengan baik. Film ini membuat kita mengikuti
semua jalinan emosi yan rumit dalam cerita yang sederhana, menjadikan film ini
istimewa. Tentu saja hal tersebut didukung oleh akting para pemainnya sehingga
emosi tersampaikan dengan baik. Dan jelas sutradara yang paling memegang
peranan cukup penting dalam eksekusi akhir cerita sehingga film ini menjadi
kisah sederhana yang dikemas secara istimewa.
Akhir kata, film ini cukup
memuaskan, memberikan kita gambaran dalam sebuah hubungan yang palingsering
terjadi di kehidupan nyata, pasangan yang sangat biasa saja yang pada dasarnya
merupakan pasangan-pasangan yang tidak terlihat menonjol. Ini cukup
mengingatkanku pada cerita-cerita yang ditulis Ika Natassa dalam novel-novelnya
yang mengusung cerita yang sama meskipun dikemas dengan cara yang lebih romantic.
Nilai: 4/5
Salam, ADLN_haezh
Komentar
Posting Komentar
Syarat menambahkan komentar:
>> Jangan berkomentar dengan menggunakan Anynomous
>> Gunakan account google kamu atau jika tidak gunakan URL, yang penting ada nama kalian.. :)
>> Tidak menerima komentar berisi spam..
>> Apabila komentar tidak muncul, berarti komentar kalian belum di moderasi. Jadi tolong mengerti ya.. :)
terimakasih
-------------------------------------||-------------------------------------
Regulation to fill the comment box:
>> Don't use Anynomous
>> Use your google account or just your link/ URL. The main point is, always put your name here :)
>> Cannot receive any spam comment such as comment that it's not relevant with my topic
>> When your comment does not appear, it because I haven't approve that or I haven't read that. So just wait until I read that, please understand :)
Thank you