Penjelasan Memento Review Film Paling Rumit Christoper Nolan (2000)


Oh, how should I say?

Meeen, aku udah nonton film ini 3 kali, dan baru sekarang ini aku benar-benar mengerti isi filmnya! Bukan kesimpulannya ya, tapi cara bertutur film ini sendiri.

Jujur, aku masih deg-degan habis nonton film ini, dan sejak Inception, rasanya film Christoper Nolan nggak akan pernah mengecewakan. Yah, walaupun kalau film Memento ini sebenarnya justru sebelum Inception ya, tapi sejauh ini semua film garapan Christoper Nolan, selama ia memegang peranan sebagai sutradara dan penulis naskah, filmnya pasti-paaassssti memukau.

Aku sudah menobatkan diriku sebagai pecinta film Sci-Fi.

Tapi sebenarnya aku menyukai film yang membuatku tertegun setelah selesai menonton filmnya, aku suka dengan film-film yang memberikanku twist tanpa henti, yaaah… seperti film-film Nolan.

Kembali ke Memento.

Film ini diceritakan dengan dua gaya, alur maju dan mundur. Sungguh eksperimental ya alurnya dibikin dua jenis gini, tapi ketika aku menonton untuk yang ketiga kali syukurlah aku benar-benar mengerti bagaimana cara menggabungkan puzzle pada ceritanya. Mungkin karena otakku sudah berkembang cukup baik, entahlah.


Untuk alur mundurnya, diceritakan dari ending dan berjalan ke belakang. Tapi jangan mengira setelah ending yang disajikan di awal itu kita akan kehilangan momen-momen kejutan. Malah, momen kejutan itu diletakkan seperti apa yang seharusnya diletakkan, yaitu di akhir cerita. Meskipun alurnya mundur, sesungguhnya inti cerita tetap berada di akhir alur karena ketika kita sudah mencapai akhir cerita kita akan mengetahui bahwa ending di awal cerita itu sebenarnya tidak terlalu berpengaruh banyak pada inti ceritanya. Untuk alur majunya, sebenarnya ini adalah cerita masa lalu yang diceritakan maju kemudian di satu titik inti cerita ditemukan pada cerita masa kini yang diceritakan mundur:

diagram penjelasan memento film
  
Yah, kalau dibuat diagramnya kira-kira seperti itulah:

Jadi di awal cerita kita dikasih awal cerita yang seperti ending  yang kemudian perlahan ceritanya mundur hingga sampai di satu titik yaitu akhir film.

Di awal cerita pula diceritakan sebuah masa lalu (flashback) yang dibedakan dalam balutan/nuansa hitam putih agar tidak membingungkan penonton bahwa itu adalah waktu yang berbeda, kemudian diceritakan maju yang kemudian berakhir pada akhir film.

Akhir film pada cerita yang maju dan mundur itu mencapai sebuah kesimpulan yang sama.


Menariknya film ini dan membuatku begitu kagum dengan pengemasannya adalah karena setiap alur tidak akan lengkap tanpa alur yang lain.

Jika hanya alur mundur yang diceritakan tanpa ada flashback di setiap sela-sela kejadian atau setiap pergantian scene, bisa jadi di akhir cerita juga kita tidak akan benar-benar mengerti mengenai motif, apa yang terjadi pada tokoh utama, sejauh apa emosi yang dirasakan tokoh utama di akhir film, atau mengapa di akhir dia mengambil keputusan ekstrim yang sedimikian rupa.

Atau bahkan kalau alur majunya berdiri sendiri tanpa alur mundur, ceritanya juga tidak akan sekuat ini. Bayangkan saja ketika cerita hanya maju kemudian berhenti seperti apa yang akhir film ini sajikan, kita tidak akan benar-benar merasakan emosi si tokoh, sejauh apa perjuangannya, apa yang telah ia percaya, bagaimana proses penyakitnya bekerja, dan bagaimana bukti-bukti atau catatan yang dibawa tokoh menjadi begitu penting bagi tokoh.

Satu lagi hal ganjil yang perlu diamati kalau cerita ini hanya menggunakan satu alur, yaitu maju  dari flashback hingga cerita yang dimunculkan di awal, maka endingnya akan terkesan datar dan biasa saja, karena inti cerita, twist, dan klimaksnya akan berakhir ditengah-tengah film, dan itu tidak akan menjadi menjadi penting ketika akhir film ditampilkan.

Betapa aku kagum dengan cara Nolan mempertimbangkan hal-hal sedemikian rupa sehingga film ini menjadi begitu melekat diingatan begitu selesai menontonnya. Membuat kita merasakan emosi yang sama tegangnya dan membuat kita sama takutnya dengan tokoh ketika kejutan-kejutan tersebut kemudian ditunjukkan di akhir cerita.

Dan penceritaan alur sedemikian rupa juga disesuaikan dengan tema cerita yang diambil, yaitu seorang pemuda yang memiliki penyakit ingatan jangka pendek. Nolan mengambil konflik menggunakan apa yang mungkin saja terjadi pada orang yang memiliki penyakit tersebut, siapa yang dapat tersakiti, dan sejauh apa emosi secara psikis mempengaruhi orang dengan penyakit tersebut. Aku sendiri nggak tahu penyakit ini beneran ada atau enggak, mungkin semacam Alzhaimer meskipun di film ini tidak diceritakan demikian karena si tokoh sebenarnya hanya tidak bisa membuat ingatan baru saja, tapi Nolan bisa begitu out of the box sehingga film ini menjadi luar biasa meskipun secara visual semuanya tampil secara sederhana. Tidak terlihat ada pergerakan kamera yang terlalu di eksplor ataupun editing yang ‘neko-neko’. Editing hanya sebatas penggunaan warna untuk member batas dua alur yang berbeda, dan beberapa kali dilakukan transisi dengan menggunakan grapich match ketika scene berpindah ke keadaan tokoh yang lagi-lagi lupa ingatan.

Ini film yang rilis tahun 2000, ketika teknologi belum sebegini majunya seperti saat ini, tapi memang yang namanya ‘ide’ bisa mengalahkan kecanggihan teknologi itu sendiri. Sejujurnya, aku agak pesimis menonton film ini di tahun 2016 seperti saat ini. Tapi siapa sangka, film ini bahkan tidak termakan oleh jaman. Mungkin karena idenya itu sendiri, pengemasan, dan keindahan cerita dari film ini yang membuat filmnya, untukku, terasa begitu segar.


Nggak heran film ini dapet rating di imdb hingga 8,5. 



Salam, ADLN_haezh

Komentar