Review Drama Paling Romantis Korea: Cunning Single Lady (2014)




Welcome!!!

Kayaknya udah jamuran deh ya ini blog gara-gara nggak pernah disentuh dalam waktu berapa bulan ini, dan well, saya kembali untuk sekian lamanya dalam kegiatan review yang kali ini, saya akan mereview sebuah Drama.

Tahun 2015 ini ada dua, dan memang cuma dua *hehe, ironis ya* drama yang aku tonton, meskipun ada banyak sekali rekomended drama di depan mata, tapi yaah… cuma dua: Pinnochio, dan Cunning Single Lady.

Sejujurnya, Pinnochio akhirnya nggak aku review, karena ternyata exicetement-nya nggak terlalu meluap-luap sampai aku gatal buat nulis reviewnya, alasan lain adalah karena aku malas, mm… alasan lainnya lagi karena aku sibuk *oke, kebanyakan alasan*

Entah kenapa Cunning Single Lady nih nggak butuh waktu lama buat langsung ditonton dan langsung habis setelah temenku ngerekomendasiin drama ini dengan hebohnya, bilang kalo sosweet abis, dan sedih banget, dan waktu nyolong-nyolong buat liat sekilas dramanyaaaa… aku langsung dapet feelnya, dan sejujurnya aku langsung suka. Apalagi ketika aku mulai dari episode 1 yang bercerita tentang kisah mereka menikah dan bercerai sehingga aku akhirnya menyimpulkan drama ini adalah kisah memulai hubungan kembali setelah bercerai. Aku langsung keingetan novelnya Ika Natassa ‘Divortiare’ tapi yaah, jelas ceritanya beda. Aku tau aja kalo drama ini pasti bagus hanya karena kemasannya yang begitu mendebarkan bahkan dari awal.

Nggak usah lama-lama dan nggak usah panjang-panjang kayak kereta, aku langsung aja reviewnya.


ALUR CERITA

Orang pertama yang rasanya ingin aku beri pujian setelah menonton drama ini adalah…. Penulis naskahnya! Yaaaa… aku suka banget sama cara pengemasan drama ini, bagaimana ia meletakkan setiap scene disesuaikan dengan tingkat dramatisasinya dan it’s so beautifully fine. Alur pertamanya adalah flashback, yang kemudian langsung di flashforward ketika di kepala masih ada sekian banyak pertanyaan mengenai isi dari drama ini sendiri, kemudian pertanyaan itu dijawab perlahan seiring dengan jalannya cerita ini, dan itu… porsinya sangat disesuaikan dengan tangga dramatisasinya. Ketika kedua tokoh utama sedang saling menyalurkan emosi mereka dengan tatapan, dengan wajah dan perenungan masa lalu, tepat ketika masa lalu itu kembali, dan baru deh dijawab satu per satu apa yang menjadi pertanyaan. Kenapa si Ae Ra sangat membenci Cha Jung Woo, kenapa mereka bercerai, kenapa dan kenapa rasanya mereka masih saling terikat? 

Selain permainan flashback yang begitu membuatku terus penasaran, cerita ini juga sangat baik dicaranya meletakkan waktu-waktu yang tidak sesuai dengan waktu aslinya. Jadi, ada beberapa scene yang sengaja disembunyikan untuk diceritakan di akhir, dan peletakkannya sangat mempertimbangkan emosi cerita yang sedang naik barulah scene yang disembunyikan itu dikeluarkan hanya untuk membuat penontonnya melongo.

Aku suka sama pembagian porsi penceritaan setiap bagiannya. Cerita ini begitu fokus ke karakter Ae Ra dan Cha Jung Woo, dan meskipun ada banyak sekali peran lain di cerita ini tapi entah kenapa semua bagian cerita dari awal hingga akhir setiap karakter bertindak karena karakter utama lainnya, and it’s good. Ceritanya terus mengalir tanpa lepas dari fokus cerita, semua konflik juga berhubungan dengan fokus ceritanya, dan bagaimana cerita ini dipilah mana bagian yang ditampilkan duluan dan mana yang disimpan untuk ditampilkan nanti adalah hal yang paling membuatku menyukainya.

Karena memang genrenya com-rom, sehingga konflik-konflik ceritanya tidak ada yang terlalu berat untuk dicerna meskipun ada beberapa bagian yang memang dibuat tragis. Konfliknya banyak yang lucu, dan terutama aku menyukai bagaimana cerita drama ini tidak membuat kita berfikir berkepanjangan, diselesaikan begitu waktunya berakhir, dan… yang paling penting setiap konflik membangun karakter sehingga konfliknya tidak dimunculkan secara sia-sia, memiliki maksud, dan yang terpenting itu dihadirkan karena memang harus ada.

Episode favoritku adalah episode 13 ke bawah. Bukan berarti episode sebelumnya nggak bagus loh ya, bagus kok bagus dan lucu karena cerita-cerita menuju ke episode 13 bisa dibilang merupakan permulaan yang keberadaannya penting untuk bisa menghadirkan  plot di episode ini pada akhirnya. Tapi, karena bagiku episode 13 ini merupakan turning point menuju klimaks sehingga aku semakin ingin menyelesaikan sekaligus merasa tidak ingin ini segera berakhir.

Well, episode 13 ada bagian ketika Cha Jung Woo yang sudah mengungkapkan perasaannya terang-terangan akhirnya bersikap sebagai seorang CEO tapi diam-diam memberi perhatian ke Ae Ra dan it’s sooo sweet. Itu bagian paling manis di episode ini sekaligus lucu sekaligus membuatku berdebar-debar.

Episode 14 cerita sudah menuju penggawatan, dimana beberapa hal mulai terkuak, para pemain antagonis mencapai puncaknya untuk menghalangi kedua tokoh ke tujuan mereka masing-masing, dan ada kegelisahan juga pesimistis apakah kedua tokoh akan mencapai akhir bahagia atau tidak. 

Nah, episode 15 is my faaaaavorite part. Bisa dibilang ini adalah episode klimaks dimana semua masalah akhirnya mencapai puncaknya dan menyudutkan para tokoh utama untuk menyerah dan berhenti. Meskipun begitu, aku suka sekali dengan cara cerita ini tetap menghadirkan humor di dalamnya, masih membuatku tersenyum meskipun dalam hati bertanya-tanya apakah kisah ini akan berakhir bahagia atau tidak. Yaah, dipikiran sih yakin aja ceritanya bakal happy ending, tapi penceritaan di episode ini beneran deh bikin aku pesimis. Bagian favoritku adalah bagaimana diceritakan ketika tiba-tiba Ae Ra muncul dan membuatkan makanan untuk Cha Jung Woo *huhu rasanya kayak pingin nangis lagi*, meskipun sikap Ae Ra saat itu memunculkan optimisme yang besar di tokoh Jung Woo, secara gitu lho Jung Woo habis dapet masalah besar di perusahaan dan saat itu hanya Ae Ra yang akhirnya berada di sampingnya, tapi tetap aja kita dikasih tanda-tanda kalau itu bukan berarti kemudian mereka akan rujuk. Ternyataaa… maksud Ae Ra tidak langsung diceritakan di scene itu juga, cerita diselingi oleh humor yang membuatku ikut penasaran, tetapi akhirnya ketika sampai di satu bagian, ternyata ada scene yang disembunyikan dan well, I say that’s the climax! Suka suka sukaaaa banget sama bagian tersebut yang akhirnya membuatku berderai air mata dengan alay-nya.

Klimaksnya bukan tentang peran antagonis-dan protagonis, bukan tentang setting atau tokoh lain, bukan pula tentang keputusan satu pihak dari tokoh yang memutuskan untuk benar-benar pergi dari tokoh lainnya *kebanyakan ini kan ya*, tapi justru klimaksnya adalah ketika terdapat pengertian dari tokoh Jung Woo terhadap si Ae Ra ini sendiri. Bahwa skenario Ae Ra yang biasanya di drama lain dijadikan bagian untuk klimaks, disini justru malah diungkapkan di depan Jung Woo sehingga ketika Jung Woo mendengar sendiri dari Ae Ra yang mabuk apa maksud Ae Ra memperlakukannya begitu manis, aku menangis. Jung Woo tahu apa yang akan dilakukan Ae Ra, dia tahu apa yang lagi-lagi disembunyikan Ae Ra, apa yang menjadi kekhawatiran gadis itu, bahkan disinipun Ae Ra akhirnya mengakui perasaannya meskipun tidak sadar. Yaaa.. jelas dong, kalo jadi Jung Woo siapa yang nggak tambah sayang coba sama Ae Ra. Bagian ini menciptakan rasa ingin ingin sangat ingin melindungi dari tokoh Jung Woo dan ini buat aku manis sekali. Akhirnya, bagian yang biasanya di drama lain dibuat sebagai klimaks, menjadi kehilangan kekuatannya dan aku sama sekali tidak keberatan. Justru peletakkan klimaks di bagian yang tidak seperti biasanya ini merupakan kekuatan dari drama ini. Apalagi ketika episode ini diakhiri dan menjadi turning point kedua bagi kedua karakternya, well, I just can’t stop it.

Episode 16 adalah episode yang rasanya pingin dan nggak pingin ditonton karena aku akan segera menyelesaikannya. Cerita mencapai titik dimana Ae Ra yang dari episode 13 selalu bimbang dengan hubungannya bersama Jung Woo akhirnya menetapkan pikirannya bahwa ia akan terus berada disisi Jung Woo dan tidak akan pernah pergi dari sisinya. Ini sangat terlihat bagaimana, meskipun perilakunya sangat kasar, Ae Ra amat sangat memperhatikan Jung Woo. Bahkan ketika Jung Woo diusir dari perusahaan yang dibangunnya sendiri, bagaimana ia bersembunyi dan nggak ngasih kabar ke Ae Ra cuma karena takut Ae Ra akan meninggalkannya lagi karena dia miskin dalam satu pagi saja, dan bagaimana Ae Ra ternyata tidak mempedulikan itu dan hanya fokus ke Jung Woo biar bisa semangat lagi, itu itu ituuu yang bikin aku suka banget sama drama ini. Apalagi lucunya ada adegan dimana Ae Ra ngelamar pekerjaan jadi sekretaris Jung Woo ketika Jung Woo sendiri nggak dapet uang, atau bagian ketika Jung Woo begitu fokus dengan pengembangan usahanya biar nggak bangkrut, bagaimana ia tiap malam lembur buat nyelesein proyeknya, sering cuek sama Ae Ra saking fokusnya tapi si Ae Ra tetap berada disisinya, ia bahkan melihat karisma yang dimiliki Jung Woo ketika duduk di depan komputer dan mengerjakan pekerjaan dengan tenang tapi tetep berkharisma. Yaa.. siapa yang nggak bakal tambah jatuh cinta sih. Ae Ra bahkan nggak keberatan saat itu si Jung Woo miskin lagi dan tetap disampingnya. Lucu deh, pokoknya episode ini menurutku endingnya nggak nanggung meskipun rasanya mau mau lagi. Hehe.

KARAKTER

Jujur aku nggak sukaaaa banget sama Ae Ra di episode 1 ketika diceritakan ia masih jadi Madonna dan si Jung Woo masih jadi si cupu. Buset Jung Woo jelek banget njiiir culun abis, nggak romantis, nggak keren, yaah… pinter doang. Sedangkan Ae Ra emang sih cantik, tapi maaan… perilakunya minta ditendang banget. Dia tu licik, sok cantik, sok merintah pula, seringkali si Jung Woo udah kayak babunya ajadeh. Tapi kemudian mereka cerai, mereka nggak ketemu tiga tahun dan ketika ketemu lagi si Jung Woo udah ganteng bangeeet, sedangkan Ae Ra jadi janda yang merasa dirinya tua dan nggak lagi seberharga dulu dimata orang lain.

Jung Woo jadi CEO perusahaan terkenal, berkharisma, kaya, dan jenius yang kemudian jadi incaran semua cewek-cewek. Dan dia memang bersikap selayaknya bos. Sifat culunnya tiba-tiba entah dimana dan dia udah nggak keliatan bloon, malah keliatan seolah bisa mengendalikan segalanya. Mungkin karena di awal episode aku nggak suka sama Ae Ra, jadi aku suka banget pas si Jung Woo sering sinis dan jahat sama Ae Ra, rasanya kayak jadi sediiiih gitu haha.

Si Jung Woo, lucunya dia, dia bisa punya dua sisi. Mungkin karena Ae Ra pernah mengenal sisi culunnya, jadi kalo pas sama Ae Ra yang mereka udah deket lagi si Jung Woo jadi suka balik bloon, tapi ntar kalo lagi kerja eh bikin klepek klepek lagi. Sedangkan Ae Ra jadi lebih kalem dan aku jadi lebih menyukainya. Cuma herannya, si Jung Woo ini kalo di depan Direktur Guk dan Presdir bisa berkharisma terus gitu gayanya, cool , hangat, dan selalu terlihat hebat. Dia Cuma bloon di depan Ae Ra dan keluarga, juga sekretaris Gil. Bahkan aku rasanya pingin ngakak gimana di awal-awal episode dia sama kakaknya Ae Ra gayanya cuma berusaha hangat, sopan, dan menjaga jarak, terutama melakukan pencitraan, tapi bagian dimana ketika dia udah ngejar-ngejar Ae Ra lagi, pas lagi sama kakaknya Ae Ra, dia jadi koplak lagi! Jadi lucu ajaaa. Suka deh bagian-bagian itu, apa lagi bagian dia sama sekretaris Gil. Nah sekretaris Gil ini ternyata L Infinite dan aku suka banget perannya dia disini, dia nggak terlalu sering muncul tapi kemunculannya ditunggu karena dia tuh selalu ada di pihak protagonis yang sikapnya bikin aku sukaaa banget,

Nah, peran antagonis disini well, awalnya nggak terlalu bermasalah keberadaannya malah lucu dan penting biar si Ae Ra sama Jung Woo bisa saling sadar perasaan mereka. Tapi semakin ke akhir cerita aku semakin sebel sama dua orang ini yang begitu berambisi mengejar tujuannya dan bahkan nyaris nekat, tapi untungnya sih mereka akhirnya nyerah karena ternyata Ae Ra sama Jung Woo nggak bisa dipaksa menjauh. Yah, orang keduanya udah pernah nikah sih ya jadi siapa selain di antara keduanya yang bisa lebih dekat dengan lain. Bagaimanapun Jung Woo dan Ae Ra lebih dekat dari siapapun juga.
Ayahnnya Seung Hoon sama direktur Guk awalnya aku nggak tau kenapa dia begitu di benci oleh keluarganya, dan anehnya aku pro ke karakter ini walaupun ini karakter yang jahat sama anak-anaknya. Tapi disatu sisi, kelihatan banget kalo Presdirnya ini tu kesepian, mengharapkan rasa sayang dari anggota keluarganya tapi seberapapun ia berusaha ia nggak dapet apa-apa. Disitu lho saya sering merasa sedih. Tapi untungnya di akhir dia dapet juga rasa sayang itu, kasian deh lihat presdir sampe harus berlutut coba di hadapan Jung Woo cuma demi anak-anak yang nggak pernah mengakui dia.

KESIMPULAN
Mungkin beda ya pendapatku dengan teman-teman lain, tapi sejujurnya ini drama terbaik yang aku tonton tahun ini, dan aku bahkan lebih menyukai drama ini daripada Pinnochio yang secara rating memiliki posisi jauh lebih tinggi. Mungkin bukan masalah bobot cerita yang bikin aku suka sama drama ini. Bisa jadi karena Drama ini menghadirkan kisah kedewasaan dua pasangan dan nuansa romansanya begitu terasa dibandingkan Pinnochio yang memang difokuskan untuk menghadirkan konflik seputar ‘profesi’. Atau bisa dibilang akulah yang sedang haus drama ‘romantis’ yang tidak terlalu banyak diselingi oleh konflik sampingan tetapi hanya fokus ke dua tokoh utama seperti drama ini. Pokoknya suka banget deh, bahkan hampir semua momen ketika dua tokoh ini bersama. Entah kenapa aku jadi ikutan merasa ‘kan aku pernah nikah sama orang ini’ setiap kali keduanya saling berusaha menjauh dan sok-sok nggak kenal. 



Salam, ADLN_haezh

Komentar