Mermaid In Love, putri duyung jaman sekarang




"Nah lho! Kamu nonton ini, lin?"

Ya... emmm...

Sebenernya enggak sih, cuma adikku yang masih SMP itu berasa nggak bisa kalo nggak nonton sinetronnya Mermaid in Love, dan aku selalu bekerja di dekat tv, jadi mau tidak mau ya aku tahu.

Aku bahkan tahu drama india tontonannya adikku, senama-namanya! It doesn't mean I like it well, I just know it!

Ada perbedaan aku menyukai dan aku kebetulan nonton dan tahu ceritanya. Kalo aku suka, itu artinya aku nggak bisa ketinggalan ceritanya, sedangkan kalau aku kebetulan tau karena aku lebih suka mengkritik tayangan tersebut sampai-sampai aku tahu ceritanya haha, dan yang pasti nggak penasarannya. Masa-masaku penasaran dengan tayangan sinetron sampai addicted udah lewat bertahun-tahun yang lalu.

Jadi, postingan ini berawal ketika pagi hari tanpa sengaja ada acara infotainment yang membahas tentang Mermaid in Love, dimana disebutkan kalau pemainnya sedang cinlok.

Tapi aku agak geli sih dari bagaimana si presenter mengungkapkan betapa betapa betapaaa si tokoh-tokoh ini sedang dalam mengalami cinlok hingga harus disebutkan berulang kali kata 'benarkah bla bla bla', 'benarkah bla bla bla', 'benarkah angga jatuh hati pada *duh siapa ya nama ceweknya*" (dan aku heran infotainment sekarang mah semuanya dibilang cinlok, so sweet)

Guys, segitu amat ya. Maksudnya, mereka-mereka ini masih keci banget. Aku aja curiga itu pemainnya yang cinta-cintaan masih SMP.

"Lin, lin, tapi dulu kamu juga suka lho Heart in Series. Itu kan malah masih SD"

Ups.

Iya, jadi berhubung umur saya ini sudah kepala dua ya, jadi udah nggak cocok banget nonton sinetron dimana pemainnya yang masih kecil dan imut-imut itu lagi mengalami dilema cinta, dimana si cowok dan si cewek nggak bisa kehilangan satu sama lain dan menganggap mereka nggak bisa hidup tanpa satu sama lain.

So cheesy!  Cheesy ! Cheesy ! Cheesy!

Berhubung saya ini sudah melanglang buana di cerita-cerita cinta, mulai dari novel (kebanyakan sih novel), drama, dan film, saya jadi pemilih banget kalau memutuskan akan menikmati kisah cinta. *eh duh, kok jadi saya sih*

Intinya, aku ini bahkan udah punya poin-poin kenapa cerita ini merupakan cerita cinta yang bagus, yang berdebar-debar, yang biasa, yang lebay, atau yang cheesy.

Dan Mermaid in Love, bagi aku merupakan sinetron yang cheesy, sinetron ini nggak lebay, tapi momen-momennya dibuat seolah itu merupakan sesuatu yang luar biasa, terutama kata-kata yang sering dilontarkan si pemain utamanya yang menjalin hubungan cinta, kalo nggak salah namanya Erik dan *duh siapa sih yang cewek*, Aril kalo nggak salah. 

Komplainku sih lebih kepada usia pemainnya yang masih kecil-kecil banget, tapi kayak tau aja 'cinta' itu apa sampe nggak bisa hidup tanpa satu sama lain. Guys, jalan kalian menuju masa depan aja belum jelas.

Kalo untuk konfliknya sendiri, yaaa bolehlah ya untuk ukuran cerita jaman sekarang, karena gaya anak-anak sekarang kan emang kayak gitu, jadi cukup terwakili, toh buktinya yang suka banyak, terutama anak-anak sekolah yang butuh dan penasaran sama cinta, semacam adikku ini.

Untuk orang-orang seusiaku sendiri, sinetron ini pasti mengingatkan kepada sinetron jaman dulu!!

Yup! Putri Duyung! Yang main si ayu azhari

Lagunya itu lho, khaas banget, sekarang juga kalo aku disuruh ngulang aku bisa hohoho

Sama-sama tentang Putri Duyung, tapi memang Mermaid in Love ini lebih untuk anak-anak sekarang sih ya, jadi nggak dibikin gitu yang putri duyung udah dewasa, atau mungkin karena dulu-dulu sinetron yang putri duyungnya udah dewasa udah pernah tayang kan ya?

Oya, di sinetron ini nih nyaris nggak pernah lho nyebut 'duyung', padahal kan itu bahasa indonesia ya? Malah mereka selalu menyebut kata 'duyung' dengan 'mermaid', seolah itu kata dengan bahasa indonesia. Apalagi mereka ngomongnya pake bahasa indonesia, tapi selalu menyebut 'duyung' dengan 'mermaid'. Maksudnya, kalo judul ya judul aja kali ya, nggak usah bahasa inggrisnya diikutkan jadi kata di sinetronnya. 

Kembali ke Putri Duyung jaman dulu,
entah kenapa sinetron jaman dulu menurutku tetap memiliki keunikan tersendiri, berhubung sekarang sinetron jaman dulu mulai dari putri duyung, putri salju, jinny oh jinny, dan nggak tau apa lagi, di rerun di tv nasional. Jadiii... agak suka bandingin gitu deh.

Kekhasan sinetron putri duyung yang lama adalah, adanya sound effect yang penempatannya menurutku sangat tepat dengan kejadian yang terjadi. Misalnya sound effect yang cepat dan animatif gitu ditempatkan ketika adegannya dibuat cepat jadi kayak lihat kartun gitu. Trus ceritanya juga nggak lupa memberikan unsur humor yang nggak asal taruh, tetapi benar-benar lucu. Untuk pemainnya sendiri, kalo dilihat mereka emang nggak seger kayak di mermaid in love, tapi serius deh, aktingnya itu bagus banget. Setiap karakter dibangun sesuai dengan apa yang ditampilkan, jadi setiap karakternya matang dan konsisten, dan entah kenapa kemudian aktingnya jadi terlihat natural.

Akting pemain di mermaid in love menurutku masih pada kaku. Kadang malah secara ekspresif terlalu ekspresif dan selain agak terlihat terkesan tidak natural, itu adalah sesuatu yang tidak akan diekspresikan orang di dunia nyata. Terjemahkan sendiri aja deh maksudku ini, pokoknya kata-kata cinta atau saling mencintai yang keluar itu jadi agak terlalu dibuat-buat, dan itu bikin aku geli-geli gimanaa gitu. Mungkin ya itu tadi, menurutku sih terlalu cheesy. Bukan ceritanya, bukan alur, juga bukan konflik, tapi lebih kepada pembawaan dan pandangan si tokoh utama tentang 'cinta' itu sendiri yang agak mengganggu.

No offense ya. Semua ini murni cuma pendapatku aja.


Salam, Adlina Haezah

Komentar