Review Film ' The Conjuring '

 


Saya belum pernah menonton film horror sekalipun di dalam bioskop. Alasan utamanya adalah karena saya tidak memiliki faktor kuat untuk menontonnya di dalam bioskop ketika saya tahu bahwa film tersebut akan keluar bajakannya. Dan walaupun saya terhitung penakut untuk menonton film hantu, tapi saya juga cukup pemilih untuk menentukan apakah film horror tersebut bagus buat saya atau tidak. Yang jelas, segala film yang saya tonton di bioskop harus bisa di pastikan sebelumnya kalau film tersebut worth untuk di tonton.

Ketika tahu The Conjuring tayang di bioskop, tentu saya tidak serta-merta menyerbu bioskop untuk menontonnya ketika saya sendiri tidak yakin dengan ceritanya. Bahkan trailernya tidak langsung membuat saya tertarik sekali tonton.Walaupun, saya sendiri mengakui bahwa trailernya saja sudah membuat saya berteriak karena takut, tetapi itulah, trailer menurut saya lebih banyak menipunya. Ketika saya melihat review-nya, saya juga masih tidak tertarik walaupun si penulis mengatakan bahwa film tersebut bagus. Satu-satunya hal yang membuat saya tidak menghabiskan banyak waktu untuk bisa menonton film tersebut adalah karena directornya adalah James Wan, dimana dialah yang sebelumnya membuat film terkenal ‘Indisious’. Saya mengakui bahwa Insidious adalah salah satu film horror barat yang sampai sekarang masih memberikan kesan mendalam bagi saya sendiri. Meskipun secara keseluruhan alur agak sulit untuk saya menceritakannya kembali, tetapi ketika saya ditanyakan film horror terbaik apa yang saya sukai maka Insidious adalah salah satu yang akan saya sodorkan. Dulu, ketika masih belum mengenal Insidious, film horror yang sempat perhatian saya adalah Paranormal Activity . Poin penting yang membuat saya tertarik adalah kesan yang seolah-olah nyata karena di ambil langsung melalui kamera sehingga kita merasa bahwa film tersebut akan terasa seperti film documenter. Hanya saja, semenjak Paranormal Activity tersebut terus berlangsung sampai seri ke-empat, saya mulai merasakan rasa jenuh dengan eksekusi yang tidak jauh beda. Baiknya adalah karena saya suka dengan puzzle yang diberikan sebagai bumbu utama film ini sehingga kita terus berfikir sampai akhir.

Tentu setelah Insidious tayang, saya jadi berekspektasi lebih tinggi terhadap film-film barat horror yang saya tonton. Satu-satunya hal yang membuat saya selalu tertarik menonton film barat horror bukannya Thailand atau Jepang adalah, karena film barat tidak hanya berfokus pada pembuatan hantu-hantu yang di tampilkan, melainkan mereka selalu baik dalam segi cerita. Dulu, saya selalu merasa bahwa film horror barat pasti bagus, sayang setelah Insidious lagi-lagi saya mencari film yang bisa lebih baik atau minimal sama dengan Insidious.


The Conjuring, setelah tahu bahwa penulisnya merupakan orang yang sama dengan orang yang membuat Insidious, saya tidak berfikir panjang dan langsung datang ke bioskop untuk menikmatinya. Tentu saja dengan ekspektasi bahwa saya bisa menikmatinya sama halnya ketika saya menonton Insidious. Entah karena kebetulan saya menontonnya di bioskop atau apa, tapi saya sangat menikmatinya. Saya bahkan baru mengecek jam setelah menontonnya 1,5 jam dari 2 jam total. Padahal biasanya saya sudah mengecek jam ketika film baru berlangsung selama 20 menit, dimana artinya, film ini tidak membosankan dari segi cerita. The Conjuring sudah membuat saya berteriak dan terkaget-kaget sejak menit-menit pertama walaupun belum menceritakan inti cerita dari film ini sendiri. Hmm… cukup menarik karena sebagai pembuka tentu sulit untuk membuat kita terus fokus dan tidak bosan apalagi film horror. Saya menghitung The Conjuring sebagai film yang berhasil karena dari sisi opening film ini berhasil membuat saya diam dan tidak kemana-mana ketika menontonnya. Sekali lagi, saya masih kurang yakin apakah itu disebabkan faktor tempat.

Jika bicara tentang The Conjuring dimana saya tahu bahwa pembuatnya adalah orang yang sama dengan pembuat Insidious, tentu kita tidak akan berhenti membandingkan kedua film tersebut. Tapi ketika saya menontonnya, saya tidak berfikir untuk membandingkannya dengan Insidious. Ketegangan yang diberikan hampir serupa tapi tidak untuk ceritanya. Mungkin adaptasi dari kisah nyata juga menjadi salah satu penyebab kenapa akhirnya The Conjuring menjadi cerita horror yang lebih fresh dan tidak melulu menampilkan alur klise yang itu-itu saja.

Yang paling saya suka dari film ini adalah bagaimana film ini membuat kita penasaran mengenai hal-hal gaib yang ingin di sampaikan melalui film ini. Mengenai kisah berhantu dan balas dendam yang ada di rumah itu, entah kenapa kita ingin ikut menemukan puzzle-puzzle yang hilang dan menempatkannya ke tempat semula. Dan kali ini saya harus mengakui bahwa kehadiran makhluk halus di film ini membuat saya menjerit ketakutan. Tumben sih, biasanya film horror barat tidak terlalu mengedepankan wajah hantunya, tapi disini saya menyadari ada lebih banyak penampakan yang di hadirkan daripada film-film horror lain yang pernah saya tonton sebelumya. Meskipun begitu, kehadiran para makhluk halus itu tidak kemudian membuat esensi cerita dari film ini hilang begitu saja. Keberadaan mereka membuat kita berjengit ketakutan tetapi kita akan di buat penasaran berulang-ulang dan tanpa henti. Apa yang lebih menyenangkan dari ketegangan seperti itu? Penasaran tapi juga menakutkan. Membuat saya memberanikan diri untuk menatap wajah setannya meski saya harus berteriak.


Yang paling membuat saya berdebar dan kegirangan sekaligus adalah kedua tokoh paranormal dalam drama ini. Patrick Wilson memainkan peran Ed Warren dengan sangat sempurna. Seorang suami yang mengkhawatirkan istrinya karena kemampuannya melihat makhluk halus tapi memiliki hati yang sangat baik untuk menolong orang meskipun menyakiti dirinya sendiri tentu menjadi kecemasan tersendiri untuk sang suami. Disaat orang lain mungkin saja tidak terlalu mengkhawatirkan keadaan mental seorang Lorraine Warren, Ed bisa menjadi dinding yang kuat untuk membuatnya bertahan terus menolong orang. Saya suka chemistry di antara dua pasangan paranormal ini meskipun Vera Farmiga terlihat lebih tua. Emm.. ini membuatku berharap bisa menonton film lainnya Patrick Wilson.

Jika saya harus merekomendasikan, tentu film ini sangat menarik untuk di tonton bersama teman anda. Saya merasakan ketegangan yang jauh lebih besar daripada ketika nonton Paranormal Activity yang dulu sempat saya jadikan film horror terbaik yang saya tonton. Barulah setelah insidious saya merubah label itu dari film Paranormal Acitivity. Saya membutuhkan film yang membuat saya masih akan merasakan hal yang sama sekaligus tidak bosan ketika menontonnya kembali dan berulang. Bagi saya kehebatan sebuah film di nilai dari berapa kali kita bertahan untuk menontonnya kembali. Film ini menjadi salah satunya. So awesome and spooky as well.

Komentar