Pengalaman Sidang Skripsi ISI Jurusan Film dan Televisi



Finally!
I'm back!
and I finished!
Yay!

Aku akan bercerita sedikit, tentang bagaimana aku dulu memikirkan hari ini. Aku menceritakannya sekarang, karena harinya sudah lewat jadi inilah yang sebenarnya kupendam selama ini....

Sidang dan seminar adalah hal yang seringkali membuatku pusing tujuh keliling jika memikirkannya. Aku terus-terusan berfikir, aku harus lulus bareng siapa biar bisa mengerjakan persiapan seminar bersama. Aku mulai mendesain dari semester-semester aku mulai ambil pengkajian, bahwa aku akan seminar dengan si ini, karena bla bla bla, akan mengundang mc nya siapa, moderator siapa, lalu masih berfikir bagaimana aku nanti menemukan pembicara yang tepat, siapa kiranya yang bisa bantu-bantu, gimana kalo gak ada yang nonton. Saat itu, aku begitu takut ditinggal teman-temanku sehingga seringkali aku jadi sangat rajin agar bisa lulus bareng mereka. Ketakutan akan hari itu mungkin adalah ketakutan terbesarku, hingga kadang aku berharap agar waktu menjadi lebih lambat dan aku tidak perlu menghadapinya. Aku selalu berfikir, jangan sampai aku sendirian waktu seminar dan sidang.. karena aku yakin aku bakalan kagok, nggak tau harus bagaimana, dan gak ada yang bantuin.

Semester gasal kemarin, mungkin adalah pukulan sekaligus solusi untuk cara berfikirku. Memang, semua rencanaku gagal, karena nasibku adalah menerima bahwa mereka harus melangkah lebih dulu dariku, dan terpaksa aku tidak bisa mengejar. Mereka, yang melangkah sejak awal masuk hingga semester itu bersamaku, hampir semua teman pengkajian yang kuharap akan melakukan proses kelulusan itu bersama, ternyata tidak ditakdirkan untuk melakukannya bersamaku. Saat itu aku mungkin in shock state dan bisa dibilang di grup TA-ku untuk angkatan 2013 pengkajian, mungkin hanya aku saja yang tersisa.. mungkin ada lagi sih tapi karena aku nggak pernah liat mereka jadi kuanggap hanya tinggal aku. Antara harus menerima tapi tidak terhindarkan untuk tetap merasa down. Kecewa pada diriku sendiri, jelas.. iri, pasti. Tapi yah... aku mencoba mengusir perasaan itu dan sementara bergabung dengan kegembiraan teman-teman, meskipun saat di rumah merasa kacau lagi. Karena aku dasarnya orangnya panik, jadi kalau mikir bakal ketinggalan aku sebenarnya suka nggak tau kenapa jadi takut.

Tapi disaat yang sama juga, sembari melihat teman-temanku yang sudah dinyatakan lulus... perasaan untuk 'mengejar' perlahan pudar. Kalau dulu aku punya tujuan kenapa aku harus bisa melangkah seirama dengan mereka, di saat itu tanpa sadar tujuan itu juga pudar. Tapi lucunya, itu bukan hal yang buruk. Justru karena tidak perlu memikirkan tentang 'yang akan datang', aku menjadi lebih rileks, karena aku hanya perlu memikirkan hari ini saja dan untukku sendiri, tidak perlu lagi aku memikirkan orang lain.

Kepalaku kukosongkan. Teman-teman yang dulu di bayanganku ada bersamaku saat seminar, kuhapus satu persatu hingga ruangan itu kosong dan hanya aku sendiri berdiri di sana. Kalau dulu aku sering ingin konsul skripsi bareng temenku biar ada temannya, saat itu gambaran tersebut kuhapus. Hanya aku yang akan masuk dan keluar lorong kampus untuk konsul seorang diri, hanya aku yang akan menyelesaikannya. Mau tidak mau, hanya aku yang harus mencari siapa yang akan menjadi narasumber, mc, notulen, semua yang sekiranya bisa bantu aku seminar, tapi saat itu aku justru tidak benar-benar memikirkannya, tapi tanpa sadar saja kalau ketemu adek angkatan aku mintain nomor telponnya karena siapa tau bakal seminar bareng. Dan sering aku hanya berfikir, jika saatnya tiba saja baru kupikirkan. Saat itu... aku tidak menaruh ekspektasi atau siapapun untuk menemaniku entah di seminar ataupun sidang. Karena aku tidak ingin bersandar pada orang lain dan kemudian kecewa lagi, jadi kuputuskan untuk berjalan seorang diri.

Itulah kenapa, aku juga tidak menaruh ekspektasi tentang kapan aku harus lulus, meskipun banyak yang meminta aku harus selesai uts. Kupikir.. tidak perlulah terlalu menggebu, toh aku ada waktu hingga uas, dan mau uts atau uas.. prosesnya tetap kujalani sendiri. Yang berbeda hanyalah lebih cepat atau lebih lambat beban skripsiku ini terangkat. Aku juga tidak berusaha cepat-cepat, hanya melakukan segalanya sesuai timeline-ku, sesuai waktu-ku sendiri, bukan bersama dengan waktu orang lain. 

Pikiran-pikiran yang simple dan tidak terlalu future oriented itulah yang mungkin justru membuatku fokus pada apa yang kukerjakan saat ini. Kukerjakan, selesai, konsul, revisi, kerjakan, selesai, konsul. Gitu aja terus... dan.. aku mungkin nggak sadar, kalau ternyata meskipun kupikir aku menjalaninya sendirian, tetap ada orang-orang yang juga berjalan dengan langkah yang sama sepertiku. Itu aku sama sekali tidak menaruh harapan apapun. Tapi karena tidak ada ekspektasi itulah, justru inilah yang terjadi, dan waktuku tiba tanpa aku sadari.

Aku tau, teman-temanku yang banyak mendoakan agar aku bisa cepat menyusul mereka jugalah yang membawaku ke tahap ini. Aku tidak berharap banyak untuk maju uts, tapi bantuan-bantuan dan kemudahan terus menerus datang hingga akhirnya bisa kulalui segala prosesnya dengan lancar. Aku dapet temen seperjuangan (entah bagaimana kok bisa bareng mereka padahal nggak pernah kepikiran), aku dapet narasumber, dapat mc+moderator, dapet aundience yang lumayan, dapet bantu2 untuk segala teknisnya, dan itu seolah datang begitu saja, padahal aku merasa tidak melakukan banyak hal. Melihat kondisiku untuk pengumpulan skripsi juga lumayan bikin gigit jari, aku nyaris takut gak bisa mikir buat persiapan seminar. Tapi adaa aja yang bikin segala prosesnya jadi lebih lancar. 

Aku harus banget berterimakasih sama Ayu Pawe yang udah jadi temen seperjuanganku banget yang bahkan nungguin aku bakal dapet keputusan di acc atau enggak selama berhari-hari dan cross check terus ke aku (dari sekian orang, aku nggak nyangka bakal dia yang berjuang di hari-hari itu bersamaku, dan jadi tempat berkeluh kesah kalo aku lagi rewel tentang dosen dan skripsi), yang udah berkali2 nanya2in ke dosen aku bisa maju uts ini apa enggak padahal aku sendiri nggak pernah nanya, yang walaupun aku nggak yakin bakal maju tapi nawarin spanram duluan bahkan udah mikirin desain seminar mau kayak apa dan gimana dan dia udah bayangin aku ikut seminar padahal aku masih nunggu keputusan dosen di hari terakhir pengumpulan. Yang ngotot aku harus ikut uts karena dia butuh partisipan lagi karena yang daftar uts cuma dikit bangett.. 

Sama dosen pembimingku yang aku sendiri nggak nyangka dibolehin maju uts padahal aku merasa belum sempurna dan masih kurang, tapi karena dua-duanya acc padahal bisa dibilang sama dosen 2 aku terakhir bimbingan bab 3 itu juga dua bulan yang lalu, dan sama pembimbing 1 dia cuma baca kesimpulanku dan gak baca analisisku juga abstrak bahkan nggak pernah dapet 1 bendel full dari aku (padahal yang lainnya harus kasih satu bendel dulu buat dibaca dulu)... itu salah satu yang bikin aku lebih percaya diri karena aku positif thinking mereka mengijinkanku maju karena percaya aku bisa maju. Jadi walaupun dapet acc di hari H, walaupun aku adalah yang paling terakhir dan paling terlambat ngumpulin, walaupun aku baru sadar ternyata teori sama dataku beda jadi harus revisi rombak secara tiba-tiba, walaupun takut bakal ketauan kalo banyak yang masih salah, walaupun aku nyaris capek banget dan mau udahan aja karena keburu2 ngeprint 5 bendel.. aku tetap berdiri lagi dan berusaha menyelesaikan apa yang sudah terlanjur kuputuskan.

Sama cica, yang dari aku belum tau bakal di acc atau enggak udah aku kejar2 bikin desain untuk poster dan file presentasi.. Adekku tia, yang mau aku suruh bikin trailer karena aku sibuk revisi dulu lagi..

Trus temen-temenku yang berhari-hari selama masa pengumpulan kutanyain bermacam-macam sampai mungkin mereka capek denger pertanyaanku (ana, fani, elsa, dwi, upi).

Juga sasi dan mas dipa yang jadi temen satu seminarku dan bikin aku nggak berakhir seminar sendirian hehehe. Dan yang gak bisa kusebutkan satu persatu untuk temen-temen yang udah bantu proses seminar dari awal hingga akhir.

Mereka-mereka itulah yang bikin segalanya menjadi lancar bahkan tanpa aku membayangkannya seperti dulu-dulu itu.

Aku lebih tidak menyangka kalau aku akan sidang seorang diri di hari itu, dan aku tetap merasa biasa saja menghadapinya (padahal dulu aku paling nggak pingin ketemu jadwal sidang kayak gini), aku bahkan kepikiran habis sidang mau pulang lewat belakang langsung cus naik motor nggak usah deh foto2 (eh ternyata kebablasan sampe jam 2 siang ngobrol sama temen2).

Kupikir dulu akan berat untuk bisa sampai tahap ini, tapi kalau tidak terlalu dipikirkan justru lewat begitu saja. Proses-proses itu... adalah dimana aku merasa bahwa istilah 'setiap orang punya waktunya masing-masing dan berbeda dengan yang lain' adalah benar.

Cara berfikir untuk tidak terlalu future oriented dan lebih berfokus pada saat ini untuk melakukan yang terbaik juga menjadi lebih mudah untuk dijalani. Justru saat tanpa ekspektasi itulah, aku bisa menghadapi apa yang harus kuhadapi.



Dan...

Entah bagaimana, hari yang ditunggu senin kemarinpun tiba. Dengan banyak gejolak yang terjadi sebelumnya, hari itu tiba dan well... i'm done. Yup.. aku kembali seperti yang kemarin aku katakan, yaitu setelah selesai pendadaran.

Lucunya, sidang kemarin nggak segugup waktu aku seminar. Meskipun pertanyaan2nya dari dosen ahliku cukup membingungkan karena menggunakan kata-kata ilmiah yang bikin aku salah tafsir, anyway, aku tetap mencoba menjawab semuanya.

Untuk persiapan sidang... meskipun aku dikasih waktu 1 minggu setelah sidang, entah kenapa tetap saja aku mulai menyiapkan semuanya justru di hari minggu. Aku bahkan mulai baca bendelku juga di hari minggu itu. Dan seperti biasa, untuk menghadapi hari semacam hari senin kemarin, jadilah aku hanya tidur 2 jam saja.

Aku bingung sebenarnya, aku mencoba untuk belajar, takut ditanya-tanyain yang aku nggak bisa jawab, tapi... entah, apakah akhirnya itu berguna atau enggak. Yang benar-benar berguna mungkin caraku presentasi yang membaik saat sidang kemarin. Dikarenakan aku sangat tidak puas dengan presentasiku saat seminar, jadi aku berusaha memperbaikinya untuk dihadapkan ketika sidang.

Di H-1 itupun aku sama sekali nggak tau bagaimana nasibku di hari esok. Pertanyaan seperti 'apakah besok tiba' itu terus bergema di kepalaku. Karena jauh di kepalaku, aku sama sekali tidak bisa membayangkan hari itu akan tiba. Meskipun begitu, aku juga terus yakin bahwa senin sore akan tiba, entah apakah siangnya aku berhasil menghadapinya atau tidak. Kalaupun aku sedikit saja mulai kepikiran, dan rasa takutku muncul, entah kenapa aku jadi ingin sidangnya tiba-tiba batal, hahaha. Dan itu belum ditambah berhari-hari sebelumnya aku bermimpi tentang sidang itu... eww..

Lagi-lagi, mungkin aku memang lebih cocok untuk menaruh pikiranku saat itu saja, at the moment tepat di detikku bernafas, karena dengan begitu aku tidak terlalu khawatir. Jadi hari minggu itu, kupusatkan perhatianku hanya di hari minggu. Dan ketika bangun senin pagi, dengan rasa berdebar dan lumayan takut karena beberapa jam lagi aku akan menghadapi sidang yang baru sekali akan kualami itu, aku mencoba untuk tidak memikirkannya. Aku hanya berada di setiap momen yang kulewati pagi itu, tanpa mencoba memikirkan dan membayangkan akan seperti apa sidang nanti.

Mungkin pikiran itu yang menyelamatkanku, seperti saat hariku seminar, karena aku bisa merasa jauh lebih tenang. Setiap waktunya dihari itu berlalu dengan aku tetap berada di setiap momennya. Mengikuti setiap detiknya dengan teratur, hingga siang itu akupun keluar dari ruang sidang dengan perasaan lega. Meskipun dengan setumpuk revisi, tapi hari itu aku benar-benar merasa lega karena telah lewat.

Pada akhirnya, pendadaranku memang lama, dan aku akhirnya tahu apa yang membuatnya begitu lama. Tapi toh, ternyata setelah selesai ya sudah, begitu saja. Yaa... sudah. 

Satu hal yang pasti. Detik aku dinyatakan lulus, aku punya tanggung jawab untuk membuktikan sesuatu kepada ayahku hingga saat wisuda nanti.

Ngomong-ngomong... wisudaku itu masih sangaaaat lama. Entah aku harus merasa gembira atau tidak.


Tapi yang pasti, puasa besokpun aku sudah tidak dipusingkan dengan beban skripsi ini.

Yay! I'm happy? Yeah! I'm totally happy.

Alhamdulillah...


Salam, Adlina .H.

Komentar