It's Okay Not to be Okay : Review Drama Korea Terbaik 2020

It's Okay Not to be Okay : Review Drama Korea Terbaik 2020


Aku jujur bingung mau ngomong darimana, karena rasanya ada banyak sekali yang ingin kuungkapkan mengenai drama ini dari selama menonton hingga selesai.

Jujur saja, untuk tahun 2020 ini aku mungkin hanya menonton 2 drama korea, karena aku bisa dibilang setahun ini terlalu keasikan nonton anime sama baca komik. Dan drama ini aku tonton dikarenakan aku sedang kehabisan bahan tontonan. Mau nonton anime, malas nonton sendiri. Mau nonton  youtube, udah bosen sama konten yang itu-itu aja. Dan aku suka bosen nunggu renderan. Akhirnya setelah bingung memilih mau nonton apa, aku teringat sama drama Kim Soo Hyun terbaru ini, dan taulah.. aku sejak dulu sudah memutuskan nggak mau ketinggalan drama Kim Soo Hyun yang dia ambil peran utama.

Dan ternyata errrgh sama sekali nggak mengecewakan banget drama ini.

Aku nggak ngerti ya, kenapa adekku nggak selesai nonton ini, dan adikku yang satunya bilan drama ini biasa saja dan dia emang nggak terlalu suka sama drama ini.

Waktu aku tanya, percakapannya berlangsung seperti ini:

Me: Udah selesai nontonnya?
My Sis: Udah
Me: Gimana? bagus nggak?
My Sis: Mm.. biasa aja sih.
Me: Emang kenapa? Nggak suka apanya?
My Sis: Nggak suka aja. Aku nggak suka sama tokoh cowoknya, soalnya lemah dan cengeng.

Seriously, dibilang gitu nggak tau kenapa aku langsung mikir 'apa iya ya nggak bagus?'
Cuma kenyataannya, cerita ini tuh terkenal banget lho. Entah karena Kim Soo Hyun yang main, atau memang ceritanya sebagus itu.

Mengingat aku pernah rada kecewa sama The Heir, yang terkenal, tapi karena aktornya bukan karena ceritanya, aku jadi kepikiran apa jangan-jangan drama ini juga kayak gitu ya. 

Sekilas melihat cuplikannya, emang ceweknya kelihatan banget dominan, lebih kaya, lebih agung, daripada tokoh cowok utamanya. Anyway, akupun selama ini selalu didominasi oleh drama dimana male lead mendominasi tokohnya, dia yang lebih OP daripada tokoh lainnya, dan tokoh ceweknya biasanya yang bodoh, dan biasa aja. Atau miskin, dan lemah.

So, selain Itaewon Class, ini kali ya aku mendapati tokoh ceweknya begitu mendominasi. Bahkan lebih dominan daripada kondisi male leads cerita ini sendiri.

Ketika aku memutuskan untuk menonton drama ini, itu karena aku merasa rindu dengan aktingnya Kim Soo Hyun dan aku merasa sudah sangaaaat lama tidak melihatnya dilayar kaca, dan aku begitu sangat amat merindukannya. So, let's talk about the show!

Sebelum aku nonton drama ini sebenarnya aku sedang ingin menonton 100 Days Prince, tapi aku nggak tergerak dan terdorong untuk menonton sampai selesai bahkan untuk episode 1 nya. Malah cuma sampai setengah aku berhenti. Nggak tau sebagus apa, tapi aku nggak sreg aja sama tokoh utama versi kecilnya.

Dan ketika aku bandingin sama episode 1 untuk drama ini, grandenya jauh banget cooyy. It's Okay Not to be Okay ini sejak episode 1 sudah menggiring kita untuk terus penasaran dengan ceritanya, entah bagaimana cerita ini dibangun sedemikian rupa sehingga aku  tidak ingin berhenti menonton walaupun memang aku harus sering-sering pause karena menontonnya di sela-sela aku bekerja.

Ada banyak sekali yang ingin kubahas, tapi seperti biasa, yang utama dan paling utama yang selalu menjadi kunci untuk aku lanjut saat nonton drama: TOKOHnya!

Yes, aku selalu berprinsip kalau cerita akan bagus ketika tokohnya bagus. Baru kemudian ceritanya akan melengkapi keseluruhan kemasan cerita itu menjadi utuh.

Bukan kebalikannya ya,
Aku pribadi lebih cenderung melihat tokohnya lebih dulu sebelum ke cerita.

And that's whyyyy aku lanjut nonton drama ini, karena sejak awal, kita dihadapkan pada tokoh-tokoh utama yang sebenarnya berbeda dari tokoh-tokoh drama yang selama ini aku tonton. Dan bagiku itu adalah angin segar. Tokoh seperti ini membuatku semangat menontonnya.

Aku suka banget sama semua tokoh utama cerita ini, mulai dari Moon Gang-tae, Ko Moon-young, Moon Sang-tae. Tidak mengecilkan tokoh yang lainnya, tetapi 3 tokoh penting dalam cerita ini membuatku sangat betah untuk mengikuti alurnya.

It's Okay Not to be Okay : Review Drama Korea Terbaik 2020

Okay. Pertama, aku suka banget sama tokoh yang muncul sebagai tokoh masa kanak-kanak tokoh utama. Mereka berperan dengan sangat epik dan mahal. Aktingnya natural sekali sehingga mereka yang tampak masih kecil bisa delivery emosi dengan utuh. Biasanya aku sering bosan ketika drama diawali dengan masa kanak-kanak tapi tokohnya tidak mampu menyampaikan emosi yang seharusnya atau aktingnya kaku, dan aku sering pingin cepat-cepat skip ke masa dewasa. Tapi disni seolah kita dikunci untuk tidak berpaling dari tokoh anak-anak yang selalu muncul sepanjang cerita. Belum didukung dengan alur yang membuat kunci-kunci cerita pada masa kecil menjadi penting.

Kedua,  aku mengerti kenapa Kim Soo Hyun mengambil peran di drama ini. Dan aku mengerti kenapa dia menjadi aktor termahal di korea. Karena Kim Soo Hyun, selain tidak pernah gagal memilih drama yang alurnya bagus, ia juga pintar memilih drama yang tokohnya menarik. Aku belum menemukan jenis tokoh yang dia mainkan berhenti di kata 'biasa' saja. Atau monoton. Sekalipun ia memilih peran atau karakter sebagai orang biasa, dia tetap bisa muncul sebagai tokoh orang biasa dengan karakter yang luar biasa. Itu mengesankan.

Setelah sejauh ini aku mengikuti drama Kim Soo Hyun dengannnn tidak pernah absen sejak drama Dream High, aku jelas akan membuat thread sendiri membahas dirinya. Seperti Yamaken maksudku. Aku juga sesuka itu dengan Kim Soo Hyun dan baru sadar belum pernah membahas dirinya di satu postingan terpisah. Pernah sih, habis nonton The Moon That Embraces The Sun. Tapi itu postingan panjang banget, mungkin aku akan buat part-2 nya.

 Oya, bicara soal akting, Kim Soo Hyun bahkan pernah sekali mengambil peran sebagai second lead male di tengah-tengah kepopulerannya. Gila ya, maksudku, aura dia kan aura first lead male, tapi diambil lho karakter second lead male di producer. Walaupun nggak kehilangan pesona sih tapi tetep aja, dicoba dong hahaha.

Tapi aku akan membahas lebih dalam tentang Kim Soo Hyun di postingan terpisah, karena disini aku ingin fokus pada drama ini.

Ketiga, tidak hanya akting dari tokoh-tokoh kecil saja, tokoh dewasa dan tokoh-tokoh yang tinggal di rumah sakit jiwa semuanya mencuri perhatianku dan mereka memiliki tingkat karakteristik yang cukup beragam untuk jumlah tokoh sebanyak itu yang diceritakan. Aku cukup terhanyut dengan selipan cerita dari para tokoh pendukung. Dan keberadaan tokoh ini memang menjadi 3 besar yang banyak aku bahas dalam review ini, karena bagiku peranan mereka semua sangat penting untuk menentukan alur cerita.

Interaksi para pasian dengan para dokter dan perawat membuatku memahami bahwa rumah sakit jiwa ternyata tidaklah semengerikan yang selama ini aku bayangkan. Ada banyak pesan yang muncul dari masing-masing pasien di rumah sakit ini, terutama interaksi para penghuninya. Pesan yang paling terasa sih, adalah bahwa sebenarnya mereka itu sama seperti kita. Mereka juga manusia dan mereka juga punya hati. Hanya saja persepsi mereka berbeda dalam memandang dunia, sehingga mereka memerlukan perawatan khusus. Ini mengingatkanku saman novelnya Paulo Coelho Veronica Ingin Mati. 

Tapi mereka sangat sehat dan normal, sebagian besar bahkan sama sekali tidak terlihat memiliki masalah kejiwaan. Tapi terapi yang dilakukan membuat mereka cukup betah untuk tidak kabur dari rumah sakit tersebut. Dan suasana di dalam rumah sakit tersebut begitu bersahabat dan tidak mencekam. Tidak ada yang diikat sampai berteriak 'aku tidak gila', walaupun ada sih, di awal doang, tapi bukan di rumah sakit utama yang diceritakan. Dan melihat interaksi para penghuni rumah sakit membuatku tersadar bahwa mereka pun perlu bersosialisasi, merasa bahagia, dan lepas dari beban yang membelenggu untuk bisa sembuh. Pada dasarnya mereka hanya orang-orang yang memiliki masa lalu yang tidak bisa diatasi sehingga membuat mereka memandang sesuatu dengan persepsi berbeda yang dianggap lebih aman.

Mungkin tidak banyak yang memahami kenapa latar rumah sakit harus diceritakan dan digambarkan sebegini detail dan sering dalam cerita ini. Dan ini adalah suatu yang baru untukku pribadi. Biasanya kita mendapati latar kerajaan, atau latar rumah sakit umum, atau profesi lainnya, tapi sangat jarang diambil latar mengenai rumah sakit jiwa. Bagiku ini sangat baru dan menarik. Banyak yang bisa dikulik dari kisah-kisah perawatan para pasien disini, dan itu memberikan pemahaman baru serta apresiasi terhadap orang-orang yang bekerja dan merawat di rumah sakit jiwa.

Lagipula, setelah Kill Me Heal Me, aku menyadari bahwa cerita-cerita yang berhubungan dengan psikologi selalu menjadi bahasan yang menarik. Bagaimana memahami kerumitan dalam diri seseorang dan membantu melepaskan tali simpulnya. Bagaimana memahami permasalahan mental dan melihat dari persepsi berbeda, kemudian mencari jalan keluarnya. Ini sangatlah menarik.

It's Okay Not to be Okay : Review Drama Korea Terbaik 2020



Keempat, keterikatan antara tokoh utama dan alur cerita banyak membuatku berhasil menitikkan air mata. Kisah seorang adik yang merawat kakaknya yang autis selama 20 tahun. Kisah seorang kakak autis yang berusaha menjadi seorang 'kakak' yang sesungguhnya. Antara Gang Tae dan Sang Tae, mereka berdua adalah keluarga satu-satunya yang memiliki banyak emosi di antara mereka. Persaudaraan yang saling menyayangi dalam perbedaan, dan rasa iri karena dibedakan, itu dimunculkan sebagai konflik saudara dalam cerita ini. Meskipun begitu, pada akhirnya, dibalik rasa benci yang seringkali muncul di antara mereka, tetap saja berakhir dengan kasih sayang dan rasa peduli. Emosi naik turun ini berhasil membuatku berkal-kali meneteskan air mata.

Aku lebih nggak nyangka dengan cara Sang Tae berfikir, karena dia autis sehingga sering dianggap sebagai orang idiot, padahal ia justru memiliki kemampuan di bidang lainnya yang sangat luar biasa. Dalam kasus Sang Tae sendiri, dia memiliki kemampuan menakjubkan dalam hal ingatan dan menggambar. Dan dia sangat amat jujur. Meskipun secara fisik dia tampak seperti orang bodoh hanya karena berbeda. Judgement ini juga aku lakukan ketika awal-awal aku preview drama ini sekilas. Terganggu melihat ada tokoh dengan kondisi yang berbeda, tapi mengenal tokoh ini selama menonton drama ini menghapus semua pandanganku terhadap tokoh ini. Malah, aku lebih nggak nyangka kalau tokoh yang autis ini adalah seorang kakak. Dimana seorang kakak harusnya melindungi, menjadi contoh, dan mengayomi adiknya. Dan bagaimana tokoh ini mau berjuang mencapai titik itu dengan kondisinya, membuatku sangat terharu.


Kelima, pada akhirnya tokoh-tokoh yang menarik inilah yang membuat alur ceritanya menjadi semakin menarik. Chemistry antara Gang Tae dan  Ko Moon-young nggak usah diragukan lagi ya. Tokoh Ko Moon-young bener-bener mencuri perhatianku, sangat, di sepanjang cerita.

Jarang kan lihat AF gini, biasanya cerita Alphanya cowok, disini si ceweknya. Tapi lucunya lagi, itu nggak bikin jomplang dengan tokoh Gang Tae yang menjadi pasangannya. Gang Tae memang awalnya tampak seperti tokoh yang munafik dan pengecut, tapi itu karena ia menahan diri saja. Setelah diprovokasi dengan kepiawaian Ko Mun Young dalam menghasut, ia berhasil mengeluarkan sisi Gang Tae yang sesungguhnya. Well, Gang Tae tetap saja cowok meskipun disini female leadsnya alpha pun, kalau disandingkan sama lead male,  ya ceweknya yang kalah. Gang Tae lebih cenderung menunjukkan sisi dirinya yang jantan justru saat bersama female leads disini. Dan Kim Soo Hyun mampu menunjukkan perbedaan tersebut dalam karakter yang diperankan olehnya. 

Okelah, Ko Moon-young lebih kaya, dan dominan. Sedangkan Gang Tae hanya perawat yang nggak punya tempat tinggal tetap. Tapi dari bagaimana si Ko Moon-young yang kaya raya itu tertarik dengan tokoh Gang Tae, akupun memahaminya, Kedua tokoh ini memiliki kompleksitas dalam diri mereka masing-masing.  Ko Moon-young menjadi lebih kuat karena masa lalunya, tapi ia menjadi cenderung kejam karena hatinya tidak terisi. Sedangkan Gang Tae mengatasi masa lalunya dengan tetap berbuat baik terhadap sesama dan orang lain dan memberikan cinta, meskipun ia sendiri menolak untuk merasakannya. Perbedaan dalam menghadapi masa lalu keduanya itulah yang membuat kedua tokoh ini menjadi sangat serasi untuk disandingkan sebagai lakon dalam menguak cerita drama ini.


Dan preferensi pribadi, aku emang selalu SELALU SELALUUUU paling suka cerita yang menceritakan female leadsnya suka duluan sama male leads, karena pastiiii female leadsnya harus tersakit sakiti dahulu dan itu biasanya berhasil bikin aku berlinangan air mata karena relatable.

It's Okay Not to be Okay : Review Drama Korea Terbaik 2020


Keenam, ALURNYA! Urrghhh... ini alurnya selain nggak macem-macem, pesan yang disampaikan sangat kuat. Seperti yang sudah kusampaikan tadi. Kalau ada selera dalam menonton drama, drama ini mungkin bukan untuk semua orang. Tapi kalau tipe-tipe petualang kisah happy ending romance, biasanya suka dengan bermacam jenis cerita dan alur. Semakin berbeda, biasanya semakin baik. Karena menurutku, latar dongeng yang dijadikan titik dalam penceritaan drama ini sangat menarik. Setiap episode selalu ada satu judul dongeng yang kemudian moralnya disampaikan di akhir episode. Dan drama ini sangat mengangkat moral cerita dan juga secara tersirat memberikan gambaran mengenai persoalan masalah kesehatan jiwa. Dongeng yang diceritakan dalam setiap episode memberikan sebuah solusi dari masalah mental yang sering dihadapi kebanyakan orang dalam kehidupan nyata. Sedangkan, problematika setiap tokoh yang diceritakan, entah tokoh utama maupun tokoh pendukung, selalu memberikan gambaran mengenai bagaimana proses para pasien yang 'gila' hingga ke tahap penyembuhan atau bagaiaman pasien yang 'gila' tetap di rumah sakit jiwa. 

Persepsi orang sakit jiwa benar-benar berubah ketika menonton drama ini. Ada sebuah pesan yang begitu mengena, bahwa memang, orang-orang yang dianggap gila rata-rata memiliki problematika mengenai suatu masalah yang tidak dapat ditanggung mentalnya. Dan karena berusaha melarikan diri, mereka malah membuat delusi dan halusinasi mereka sendiri serta ketakutan yang sebenarnya tidak ada.

Berbanding terbalik dengan para pasien yang tidak bisa menghadapi kengerian hidupnya, tokoh Ko Mun Young memberikan hasil daripada seorang yang berhasil melewati masalah mentalnya dengan cara menghadapinya. Memang, pada akhirnya tidak semua orang tumbuh dengan sempurna jika sudah berhadapan dengan kengerian yang dihadapi para tokoh utama. Tokoh Ko Mun Young, dengan menghadapi masa lalunya dan mengingatnya, ia tumbuh menjadi gadis yang kuat dan berani, berjalan di atas kakinya sendiri, dan tidak bergantung pada orang lain. Ia menjadi gadis yang mencintai dirinya sendiri dan melakukan yang terbaik untuk dirinya. Meskipun di luar ia tampak kejam, tapi cara egoisnya dalam menjalani hidup memberikan pesan-pesan moral luar biasa yang kemudian ia tuangkan dalam sebuah buku dongeng yang diceritakan, bahwa buku dongeng yang dibuatnya laris manis. Sosok ini memang menjadi sosok yang jujur dan tampak kuat, meskipun tidak semua tercover dengan baik. Jiwanya yang rindu akan kasih sayang dan cinta yang normal seperti orang-orang lainnya itulah yang membawanya ke dalam perjalanan mencari makna cinta untuk dirinya dan dengan caranya sendiri. 

Aku nggak tahu ya gimana tanggapan orang-orang dengan drama ini, tapi jujur aku sangat suka dengan eksekusi cerita ini dan penggambaran tokoh-tokohnya yang tampak sangat nyata dan memang sering terjadi di dunia nyata.

Bahkan anak yang tumbuh dengan keluarga broken home saja, memiliki pilihan untuk menghadapi masalahnya atau lari dari masalahnya, yang terlihat dari bagaimana nantinya anak itu tumbuh dewasa.

Penggambaran tokoh pengecut dari tokoh Sang Tae dan Gang Tae memberikan gambaran lebih jelas mengenai orang-orang yang berani menghadapi masa lalu dan tipe yang selalu takut dengan masa lalu mereka.

Parah sih, bagiku kali ini cerita ini bukan sekedar drama cinta-cinta yang dangkal, tapi penghadiran sisi psikologis dalam drama ini begitu dalam sehingga berulang kali membuat hatiku terenyuh dan menitikkan air mata.

Plotnya memang bukan tipe menegangkan semacam kisah-kisah dari SBS, tapi perkembangan setiap karakter dalam drama ini jujur saja membuatku merinding.

Buktinya aku menuliskan reviewnya hingga sepanjang ini. Tentu saja karena ada banyak yang ingin kubahas.

Yang aku nggak begitu suka, kadang tokoh Gang Tae itu pengecutnya emang nyebelin sih. I know, dia emang dibentuk seperti itu kepribadiannya, tapi ya kalau dikehidupan nyata ketemu sama cowok macam ini ngeselin sih.

Anyway, aku nggak nangis ketika tokoh Gang Tae nangis ketika dia menunjukkan sikap tidak berdaya dengan kondisi keadaan hatinya. Tapi aku banyak meneteskan air mata ketika melihat kepedulian Sang Tae ke Gang Tae, atau Ko Mun Young ke Gang Tae, atau ketidakberdayaan Ko Mun Young di balik sikap kuatnya dia. Karena aku kesel banget si Gang Tae seriously emang tipe yang gampang down kalau ada hal yang nggak sesuai dengan keinginannya. Plinplannya bikin sebeeel ... untung aja aku udah tau ceritanya bakal ke arah mana. Jadi bisa nahan emosi.




Salam, Adlina Haezah

Komentar