Tujuan Hidup Bukan untuk Bahagia tapi untuk Menjadi Berguna

sumber: pixabay.com
pixabay.com


artikel ini diposting di medium pada tanggal 4 mei 2020

Ada sebuah artikel sangat menarik yang kemarin baru saja kubaca dan terngiang di kepala selama seharian. Hingga rasa-rasanya aku ingin setiap orang tahu mengenai hal ini.

Yaitu mengenai tujuan hidup.

Dan ini adalah pembahasan yang sangat menarik, untukku, setidaknya.

Ada sebuah kutipan berharga yang mungkin sering kita dengar:

“Hidup kita adalah untuk mencari kebahagiaan: menemukan tujuan hidup dan berguna untuk yang lainnya.”

Ada dua persepsi yang bisa terbentuk dari quotes tersebut.

Persepsi pertama adalah: bahwa hidup kita adalah untuk bahagia.

Kita berbondong-bondong mencari kebahagiaan: berusaha diterima dalam suatu kelompok, membeli baju baru, membeli barang baru, mencari likes instagram, berusaha untuk mendapat perhatian di sosial media, menonton film, membaca novel, bermain game seharian, apapun yang membuat kita merasa bahagia.

Bukan berarti hal tersebut salah. Kegiatan itu adalah hal wajar untuk dilakukan oleh siapapun di dunia ini yang bisa melakukannya. Tapi, kalau itu adalah cara untuk mencari makna hidup dan kebahagiaan, rasa-rasanya kurang tepat.

Kebahagiaan yang kita dapat dari luar: mendapat tempat, mendapat barang baru.. tentulah tidak akan berlangsung lama.

Coba ingat-ingat, kapan terakhir kali kamu membeli barang baru? Tentu ada perasaan meluap yang muncul, rasa bahagia itu datang, tapi sayangnya tidak lama.

Atau kapan terakhir kali kamu refreshing? berlibur? berlibur adalah hal paling membahagiakan yang mungkin saja terjadi kepada dirimu. Tapi apakah hal tersebut bertahan lama? Mungkin saja setelah kamu pulang berlibur, kembali bekerja, stressmu hanya akan kembali dengan cara yang sama seperti kamu sebelum berlibur.

Karena memang bukan itulah yang dimaksud dengan: hidup kita adalah untuk bahagia.

Betul, Tuhan tidak menciptakan manusia untuk merasa kesusahan, dan menderita. Benar adanya, bahwa keberadaan kita di dunia ini sepenuhnya adalah untuk merasa penuh dan bahagia, bukan sebaliknya.

Tapi satu hal yang harus dipahami adalah, bahwa kebahagiaan sejati adalah yang kita munculkan dari dalam diri.

Mari kita masuk ke persepsi kedua mengenai kebahagiaan.

Persepsi kedua: Kebahagiaan adalah menemukan tujuan hidup dan berguna untuk yang lainnya.

Saat aku memahami mengenai ini, ada perasaan meluap dalam diri yang tiba-tiba muncul. Perasaan ingin berbagi, perasaan ingin berguna, dan memikirkannya saja aku sudah sangat bahagia. Bagaimana jika kita benar-benar secara nyata berguna untuk orang lainnya? Bukankah perasaan bahagia itu menjadi dua kali lipat?

Aku suka bercerita.

Bercerita mengenai hal imajinatif sebagai sebuah kumpulan cerita fiksi, atau bercerita mengenai kehidupan dengan orang-orang berharga yang kutemui.

Aku juga suka belajar mengenai kepribadian, kedirian, diri sendiri yang entah kenapa akhirnya mengarah pada pembelajaran tentang pengembangan diri.

Menemukan kebahagiaan memang terasa menyenangkan meski hanya sesaat, tetapi menemukan tujuan hidup adalah sebuah penemuan besar untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.

Ada sebuah channel podcast favoritku yaitu Pagar Kehidupan. Kamu bisa mencarinya di youtube, dan itu sangat amat membantuku untuk menjadi orang yang lebih baik dari hari ke hari.

Diawali dari menemukan kebermaknaan hidup.

Pencarian mengenai jati diri: untuk apa aku hidup?

Sebuah pertanyaan klise yang rasanya hanya ditanyakan oleh orang-orang dewasa saja, sedangkan kita terlalu ingin sibuk bersenang-senang,

Untuk apa aku sibuk berguna dan menyenangkan orang lain kalau menyenangkan diri sendiri saja aku belum bisa?

Pertanyaan yang sangat, menggoda.

Padahal, terbalik.

Saat kita berguna untuk orang lain dan menyenangkan orang lain, kita akan menyenangkan diri sendiri. Period. Otomatis.

Lakukan banyak hal dengan kemampuan, kecerdasanmu untuk membuat orang lain bahagia, dan kamu akan bahagia dengan sendirinya.

Berikan bantuan kepada orang yang membutuhkan dengan hati yang tulus, buat mereka tersenyum, dan rasakan saat ucapan terimakasih terlontar dari bibir mereka. Rasa bahagia akan meluap begitu saja. Rasa-rasanya seperti ‘aku pingin bikin mereka senyum aja deh’.

Sayangnya, banyak realita hidup yang membuat kita merasa tidak ada waktu untuk melakukannya. Menghabiskan waktu. Mungkin ini juga yang sering kukatakan pada diri sendiri.

Alih-alih membantu orang lain, kita harus mencari lebih banyak uang. Kita harus lebih banyak bekerja, agar kebutuhan kita terpenuhi dan kita bisa merasa senang. Sehingga lupa bahwa, keberadaan kita di dunia ini adalah untuk satu sama lain.

Setelah aku membahas mengenai present moment di artikel ini, rasanya sangat berkaitan dengan topik kali ini.

Gunakan waktu untuk menjadi yang terbaik untuk membantu orang lain.

Bukan menjadi yang terbaik untuk orang lain, tapi menjadi diri sendiri yang terbaik untuk tulus membantu orang lain.

Di Pagar Kehidupan ada banyak video yang membahas tentang tujuan hidup. Bahkan ada cara agar kamu bisa menemukan tujuan hidup. Secara detail kamu bisa langsung cek sendiri dan belajar disana. Aku sangat merekomendasikan channel tersebut.

Pada intinya hidup kita semua memiliki tujuan yang sama: membantu orang.

Entah untuk memberikan edukasi atau pembelajaran, atau memberikan hiburan.

Memang orang bisa hidup dengan tujuan hidup seperti itu?

Sekarang: coba lihat kembali orang-orang paling sukses dan paling legenda yang bahagia yang kamu tahu.

Penemuan Justin Bieber terhadap diri sendiri bahwa ia hidup adalah untuk menghibur orang: membuatnya menjadi seorang penyanyi paling muda dan sukses.

Dewa19 menjadi legenda bahkan hingga personilnya: karena mereka menemukan bahwa mereka hidup untuk membuat orang lain terhibur.

Merry Riana: seorang motivator ternama: menemukan bahwa dirinya hidup untuk merubah hidup banyak orang, untuk memberikan semangat dan penguatan.

Pelaku bisnis yang terkenal dan sukses, termasuk guru-guruku di Herbalife: meniatkan dirinya untuk hidup adalah untuk menjadikan produknya berguna untuk orang yang lain.

Kamu tidak perlu menjadi terlalu hebat untuk berguna. Kamu hanya perlu menjadi diri sendiri dan menemukan tujaun hidupmu sendiri.

Mencari jati diri adalah pelajaran seumur hidup. Tapi percayalah, bahwa tidak ada seorangpun diciptakan sama di dunia ini.

Ada tujuan mengapa Tuhan menciptakan kita berbeda.

Tentu saja bukan untuk berbondong-bondong membeli sebuah baju baru, atau berbondong-bondong melakukan perjalanan liburan yang sama.

Misi kehidupan: apa yang bisa kita lakukan untuk yang lain?

Manusia di dunia diciptakan banyak adalah untuk saling melengkapi satu dengan yang lain, bahkan hingga bagian terkecil masyarakat.

Kamu tidak perlu menjadi besar untuk berguna. Kalau memang keahlian kamu adalah berbicara: lakukan berbicara yang membuat orang merasa senang.

Jika keahlian kamu adalah melukis: buatlah lukisan yang membuat orang lain merasa bahagia.

Jika keahlian kamu adalah memasak: buatlah masakan yang membuat orang lain bahagia dengan rasanya.

Bahkan jika keahlian kamu hanyalah menonton film: jadilah berguna dengan memberikan rekomendasi film terbaik untuk orang lain.

Tidak satupun di dunia ini lahir dengan sia-sia.

Kamu hanya perlu mengubah sedikit perspektif, dan melakukan segala hal yang kamu suka adalah untuk memberi kesenangan untuk yang lainnya.

Bagiku, selama ini menulis selalu menjadi hal yang melekat dalam hidupku. Rasanya tidak bisa kuusir. Dan aku tidak bisa berhenti. Seumur hidup aku sudah menulis, dan ingatan pertamaku selalu sedang menulis.

Menulis di dalam diary, menulis sebuah cerita yang kutulis ulang dari film conan yang aku tonton, menulis sebuah cerita fiksi, menulis blog, menulis review film dan buku, menulis skenario film pendek, dll. Tanpa aku pernah tahu apa sebenarnya yang sedang kulakukan. Aku hanya suka menulis karena menulis memenuhi jiwaku. Aku tidak peduli tulisanku bagus tidak, layak dipublikasikan tidak, memiliki harga jual tidak. Tapi aku harus menulis.

Apakah kamu punya sesuatu yang harus kamu lakukan seperti itu? Apa saja.

Belakangan aku mulai kesulitan untuk menyelesaikan cerita fiksiku. Aku mulai kehilangan ide untuk menulis blog. Aku tidak tahu bagaimana harus menulis review. Tapi aku tahu satu hal: aku butuh untuk menulis.

Dan lahirlah tulisan-tulisan ini. Ini adalah tulisan-tulisan pertama mengenai pemikiran akan pencarian jati diri dan pemahaman hidup yang hingga detik ini masih kupelajari. Dari para guru, motivator, inspirator, atau buku yang kubaca.

Tapi aku yakin, hidup itu memang bukan sesuatu yang sekali dan selesai. Hidup adalah proses. Jadi aku terus belajar dan menuliskan apa yang baru selesai kupahami.

Aku saja mungkin, dan bahkan, masih berusaha menemukan arti diriku untuk orang lain: apa guna keberadaanku untuk orang lain: apa tujuan hidupku untuk orang lain?

Satu hal yang aku tahu: Tuhan menghidupkan aku di dunia adalah untuk sebuah misi, misi membantu orang lain. Well, mungkin Tuhan bicara padaku sebelum nyawa dihembuskan ke muka bumi, yaitu mengenai: apakah kamu mau melaksanakan misi ini jika kamu hidup di dunia?

Siapa tahu?

Aku tidak ingat. Tapi aku ingin menjawab…

“Ya. Aku mau melaksanakan misi tersebut.”

Bagaimana denganmu? Bagaimana perjalananmu mencari arti dan tujuan hidupmu? Berbagilah, disini. Saling berbagi mungkin memberikan inspirasi untuk yang lainnya.

Selamat mencoba!


Salam, Adlina Haezah

Komentar