Konser SS9 Super Show Jakarta dan Post Concert Syndrome


Sampai H-3 bahkan H-2, aku belum merasa bahwa aku benar-benar secara langsung akan melihat Super Junior di depan mataku.

Maksudku, aku kan sudah melakukan teknik law of attraction agar aku bisa membayangkan menonton langsung itu gimana. Tapi tetap saja, aku kayak belum bisa menerima kenyataan bahwa hari itu benar-benar akan terjadi.

Jadi, ada momen aku sudah siap berangkat, aku tahu hari itu akan datang, tapi perasaanku biasaaa aja. Nggak yang excited berlebihan. Rasanya biasa aja.

Sampai hari H, dan beberapa jam sebelum aku perjalanan, ketika aku memulai packing, kenyataan itu baru menghampiri.  

Kayak:

"Ini aku mau packing untuk nonton super junior?"

bahkan saat di bis

"Ini aku lagi perjalanan mau nonton super junior?"

Bahkan.. saat udah sampai venue, udah ambil tiket

"Ini super junior ada di gedung ini, hah? gimana? gimana? kok aku nggak paham ya"

The feeling is not real.

Aku inget aneh banget perasaanku waktu itu. Di kepalaku nggak sinkron-sinkron bahwa ini benar-benar akan menjadi sebuah kenyataan. Karena aku melakukan hal yang aku nggak bayangin bakal aku lakukan seumur hidup. Berlebihan? Well, ada beberapa orang yang menonton konser itu sudah menjadi rutinitas biasa aja, tapi bagiku, yang hampir nggak pernah ada kepikiran untuk nonton konser, APAPUN, ini adalah hal luar biasa.

And the feeling hit hard di momen ketika aku mulai antri untuk masuk ruangan
.

Aku sudah memperkirakannya, tapi ternyata menatap stage di depan mata langsung (baru stagenya aja lho) ternyata bikin aku terkejut. Video ini emang biasa aja wkwk, tapi aku inget banget momen saat aku mengambil video stage utama, badanku sekujur tubuh merinding dan aku benar-benar merasakan air mataku hampir jatuh. 


Grup yang paling aku gangguin untuk update, karena aku nggak update story. Entahlah aku tu lupa apa ya kenapa aku gak update story sih wkwkwk (baru nyeselnya sekarang)

Trus, aku ketemu temen sebelahku namanya Esty dia dari lampung dan who knows dia juga baru pertama kali nonton super show! Dan dia juga ngestan 12-13 tahun kayak aku! Aku berasa tau banget perasaan dia kayak apa momen itu. Sama-sama ketemu yang baru pertama kali nonton tuh bagikut berarti banget, karena energi kami juga pasti sama banget.

Nggak lama setelah kami ngobrol ini itu karena kesenangan ketemu satu dan lain, lagu Indonesia Raya
dinyanyikan. Saat itu baru nyanyi Indonesia Raya aja aku merasa tubuhku nggak berhenti merinding.

Aku sama Esty udah nggak tahu berapa kali ngomong "Iiih merinding.." "Iiih pingin nangiss" "Pingin nangis gimana nih"

Lagu Indonesia Raya ini menandakan bahwa Super Junior udah pasti berdiri di backstage. Dia udah ada satu ruangan sama kami. Itu perasaan yang nggak bisa aku gambarin sih.

Dan lagu yang aku tunggu-tunggu banget, lagu yang selalu aku tonton di story status orang ketika pembukaan super show 9 dan berharap aku bisa mendengarnya secara langsung. 


Dari sejak awal super show 9 dimulai, lagu song for you sudah sangat melekat di hati. Lagu ini bagus banget tapi nggak pernah dinyanyiin live sama super junior. Jadi bisa denger langsung di hall full satu ruangan dan bergema lagu ini, dimana menandakan bahwa setelah lagu ini super junior akan muncul, itu aja aku udah bersyukur banget. Dan aku tahu sih ketika lagu ini muncul aku pasti bakalan amaze sama Lightsticknya super junior jadi aku berusaha banget menvidiokannya.

Dannnnn yang ditunggu-tunggu, adalah masuknya lagu Burn The Floor, tepat ketika tirai dibuka.
Itu!

Di kepalaku udah kosong, blank, speechless..

Tempat dudukku itu kan di Green A ya, jauh sebenarnya tapi postur anggota super junior itu udah hafal di luar kepala, jadi even sejauh itu aku bisa nunjuk ini siapa ini siapa. Dan walaupun wajah nggak kelihatan jelas, tapi di bawah sadarku bisa memastikan that's 100% SUPER JUNIOR. The real one! bukan cuma dancer, bukan suju kw, that's really suju (iyalah lin ini kan konsernya super junior).

I know, tapi tau nggak sih kadang kalau nggak di depan mata langsung suka nggak yakin. Dan aku harus memastikan dengan ngecek stage langsung bukan layar, karena setiap kali aku lihat layar, entah kenapa aku lupa kalau manusianya berdiri di panggung di depanku.


The credit for wensaa karena sudah mengambil video ini. Aku ada video burn the floor tapi karena sibuk ngeblank jadi nggak aku videoin dari awal, padahal opening ketika tirai terbuka inilah momen-momen paling dahsyat selama menonton konsernya.

Untuk pertama kalinya, aku lupa bahwa aku nggak pernah teriak teriak kalau ada nonton apa gitu. Aku bahkan nggak percaya aku teriak sekeras itu. Tapi aku teriak. Sekencang yang aku bisa. Karena aku harus meluapkan perasaan itu di tempat saat itu juga.

Itulah kenapa sepanjang konser, aku mencoba sebisa mungkin menangkap semua dengan mataku, semua yang ada di stage. Pingin sih aku video semua tapi nggak mendukung sama sekali. Video rekamanku nggak ada apa-apanya dibanding yang aku lihat langsung, dan karena kurang terwakilkan aku hanya mengambil biasanya di bagian-bagian yang aku mungkin bakalan teriak kencang karena kagum dan terharu.

Dan berhubung aku duduk di Green A, aku nggak bisa nangkep momen-momen detail member, tapi toh aku sejak awal datang untuk mendengar suara mereka dengan kupingku, dan menonton mereka langsung tanpa batasan layar. And I accomplish that!

Tujuan awalku tercapai,
tapi ternyata pulang konser aku membuat tujuan baru:

"Next time aku nonton konser Super Show lagi. Aku harus nonton member dari dekat! Walaupun aku harus bayar membership, aku harus memastikan dapat depan/"

Persiapan budget pasti lebih banyak dan aku nggak mau nggak punya pilihan itu next time. Jadi aku harus memutuskan hal tersebut dari sana.

Karena aku percaya, Tuhan mengabulkan yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Tapi keinginan itu bisa dijadikan kebutuhan kok. Kayak aku ini misalnya, dari yang 'ingin nonton super show' jadi 'butuh nonton super show'. Yang penting kuatkan alasannya, dan Tuhan akan mengurus sisanya. Emm.. dan kemarin aku emang butuhnya untuk nonton konser aja, jadi Tuhan sediakan budget yang emang untuk nonton konser. Next time aku akan buat alasan sehingga aku juga 'butuh untuk nonton di depan'.

Post Concert Syndrome

Aku nggak tau kalau itu ya namanya. Maksudnya ternyata ada lho sindrom habis nonton konser. Aku kira habis nonton konser, balik ke kehidupan sehari-hari yaudah gitu. I will back to the old me. Yang bisa menikmati bekerja, menikmati hal-hal kecil, dan nggak kehabisan hobi.

Tapi, after that kind of experience, ternyata ketika balik kehidupan nyata, yang ada aku malah menolak untuk pulang. Aku merasa seolah meninggalkan jiwaku disana, bersama momen yang sebetulnya hanya tinggal kenangan. Aku hidup, aku bekerja, tapi pikiranku sama sekali nggak ada di momen ini. Rasanya nggak ada satupun hal menarik di dunia itu. Cuma hari itu saja. 

Padahal bagiku, be present always is a must. Be present adalah cara untuk bisa bahagia day by day, time by time. Pada saat konser berlangsung aku bener-bener be present. That's why happy nya terasa banget. Atau itu karena dopamin sedang berada pada puncaknya? tapi intinya aku merasakan benar-benar senang yang rasa senangnya itu memang susah dibandingin sama momen lainnya.

Hari kesatu, kedua, aku mengalami hal-hal ini tanpa disadar. Aku nggak tertarik dengan hal apapun selain konser super junior. Bahkan aku coba nonton variety show mereka lagi biar kangennya berkurang. Tapi di momen-momen lain, ketika ada hal-hal yang butuh tanggung jawabku, aku merasa marah, karena hal-hal ini mengganggu waktuku. Kayak: apaan sih, w kan masih pingin mengingat momen2 itu. 

Tapi semakin lama aku tenggelam dalam dunia tersebut, semakin terbengkalai kehidupan nyataku. Dan hari ketiga, dengan berat hati aku memutuskan untuk menyelesaikan masa ini. Ya, semua itu selalu diawali dengan keputusan. Tanpa membuat keputusan ini, prosesku untuk melepas, move on, you named it, akan membutuhkan waktu yang lebih lama.

Aku gak paham sih prakteknya gimana, cuma setelah aku inget-inget secara nggak sadar kayaknya 3 fase pertama udah aku lewati. 

Denial di hari pertama, karena menolak mati-matian untuk move on jadi setiap waktu setiap hari nontonin fancam SS9, scroll twitter, scroll TikTok, berusaha mati-matian biar momennya nggak hilang. 

Anger, ketika aku merasa marah ke diri sendiri kenapa aku nggak ngerekam video lebih banyak, kenapa aku nggak maksa diri untuk nonton di depan dan membership, lebih ke penyesalan. Dan 

Bargaining adalah ketika aku memutuskan, berharap berdoa, bahwa akan ada super show 10 dan pada saat itu aku bakal duduk di depan biar bisa lebih jelas.

Dan hari ketiga kemarin mungkin aku masuk ke fase Depresi

Perasaanku hampa, aku merindukan sesuatu yang telah pergi dan entah kapan akan kembali, aku terus menerus berusaha mengulang momen-momen itu agar perasaan hari itu kembali lagi (sambil nontonin video-video hari itu lagi), tapi dibanding hari pertama, kali ini setiap nonton aku sadar kalau sekarang itu cuma jadi memori. Ada momen aku bahkan harus menangis karena sadar bahwa momen itu nggak bisa kembali lagi, dan kesadaran bahwa momen itu semakin lama semakin pudar diingatan, aku semakin sadar bahwa perpisahan benar-benar sudah terjadi antara aku dan momen konser tersebut.

Di fase ini aku mulai overwhelmed dengan perasaanku sendiri, jadi aku mulai baca-baca how to cope, how to handle, how to how to gitu deh.

Hal pertama yang aku rasakan ketika aku telah memutuskan untuk menyelesaikan fase depresi ini, adalah kesadaran bahwa aku sedang berduka. Awalnya aku nggak ngeh itu yang aku rasakan. Aku cuma mikir 'duh tapi kok jadi sedih ya, kok jadi melankolis ya', ini habis nonton konser bukannya senang berkepanjangan tapi kayaknya aku malah bakal sedih berkepanjangan. Seolah aku dipaksa ikhlas melepaskan hal yang berharga. 

Akhirnya setelah aku baca-baca ternyata fasenya emang mirip orang berduka. Dan kalau mau cepat, maka harus lebih cepat untuk menghadapi setiap fasenya kan. Itupun nggak bisa langsung lompat, harus sabar menghadapi satu per satu.

Jadi yah, kuterima fase ini, yaitu perasaan sedih teramat sangat. Hari ketiga keempat ini aku mudah menangis karena sedih banget. 3 jam konser yang berlalu begitu saja nyaris terasa seperti mimpi, dan aku menolak momen itu hilang, mirip ketika ada sebuah mimpi yang luar biasa dan aku menolak untuk lupa. Tapi karena kejadian itu sebenarnya benar-benar ada (bukan sekadar mimpi saat tidur) aku merasa kurang adil kalau aku harus merasa bahwa momen itu menjadi tidak nyata setelah beberapa hari. Itulah kenapa aku terus menolak untuk melepaskan jiwa dan pikiranku yang terus-terusan berada di masa tersebut.

Dan di hari keempat ini, bersamaan dengan kesedihan yang terus-menerus muncul, aku sedang bersiap-siap untuk melakukan Acceptance yaitu penerimaan. Penerimaan akan semua hal yang terjadi, meskipun aku nggak tau gimana caraku menerima kondisi ini.

Aku memutuskan untuk menulis, karena hampir seumur hidup aku selalu menggunakan cara ini untuk menuangkan apa yang ada di hati dan pikiranku. Bukan cuma sekali ini aja aku nggak bisa move on. Aku pernah kok nggak bisa move on saat nonton drama bagus, saat baca komik bagus, dan semuanya melewati fase ini. Hanya saja karena hal hal tersebut sering aku lakukan sehingga lebih mudah menghadapinya. Karena ini hal baru untukku, itulah yang membuatnya lebih susah.

Yah, kayaknya itu aja sih yang mau aku tuangkan disini. Di fase acceptance, rencanaku adalah menyelesaikan perasaan perasaan sedih ini, maksudnya kalau harus nangis ya nangis aja, kalau kangen ya kangen kayak sekarang aku nulis sambil tetep dengerin lagu-lagu suju tapi sekaligus sambil pelan-pelan mulai melakukan gratitute, membaca buku yang bisa memberi motivasi, dan menonton video yang mengajarkanku untuk apreciate the present lagi. Aku mungkin akan mengurangi nonton fancam, maksudku, aku bakal nonton lagi tapi sebelum itu aku harus kasih jarak waktu biar aku bisa benar-benar memisahkan mana yang nyata dan tidak. Itu aja sih rencanaku sejauh ini.

Terakhir,
Apapun efek yang terjadi padaku, konser super junior akan selalu menjadi pengalaman berharga seumur hidupku. Dari konser ini aku belajar, bahwa aku nggak perlu melakukan semua hal, tapi cukup yang benar-benar aku inginkan saja. Aku nggak perlu seaktif semua orang, tapi aku cukup melakukan hal yang menurutku luar biasa. Salah satunya hal ini.

Aku punya mimpi-mimpi lain, entah terkait super junior atau hidupku. Tapi dengan aku mewujudkan mimpiku untuk datang ke super show ini, rasanya mimpi apapun akan bisa aku gapai nantinya.


Salam, Adlina Haezah

Komentar