Cara Menghadapi Orang Terdekat yang Menyakiti Hati Kita (Sumber: Pengalaman Pribadi)



Cara Menyikapi Orang Terdekat yang Menyakiti Hati

Aku menyadari di usia dewasa, dan ini agak miris, tapi juga aku harus memahaminya dengan sudut pandang yang benar untuk tidak lagi mentah-mentah menerima kata-kata orang yang berusaha memvalidasi diri kita. Dan aku belajar dari apa yang kuhadapi di lingkungan terdekat, yaitu: keluarga.

Tidak ada yang salah dari keluargaku. Aku selama ini tumbuh dengan berfikir bahwa aku dibesarkan dengan baik, dengan sepenuh hati. Orang tuaku, terutama ayahku sangat menyayangiku serta adik-adikku. Dan jika bicara tentang apa yang sudah ayahku perjuangkan untuk kami tetap bisa tumbuh selama tidak ada sosok Ibu, well, he's a real hero. Tapi disaat aku mulai mendalami mengenai diriku sendiri, aku mulai melakukan perjalanan untuk mengenal diriku sendiri, ada luka-luka yang sebenarnya terbentuk dari hasil didikan orang tuaku juga. Tanpa menyalahkan bagaimana mereka membesarkanku, yang harus kugarisbawahi adalah: bahkan orang tua, pahlawan kita, merekapun adalah manusia biasa.

Karena manusia, maka mereka pernah berbuat salah. Karena manusia, maka ada kalanya kesalahan yang diperbuat itu tidak disadari untuk tujuan yang menurut mereka adalah hal baik.

Dan karena mereka juga manusia, maka mereka memiliki masa lalu sendiri, dan memiliki luka-luka mereka sendiri.

Bukan berarti kemudian dengan berfikir demikian lalu rasa sakit itu akan hilang begitu saja ya. Hanya saja, dengan menaruh cara berpikir ini pada orang yang menyakiti kita, setidaknya kita bisa melepas rantai yang biasanya hanya akan membuat kita terjebak dan menjadi kelanjutan 'seperti mereka'.

Bahkan untuk sampai kepada pemahaman ini, kita harus melewati beberapa tahap yang tidak bisa terhindarkan, karena bagaimanapun kita tidak bisa menolak betapa pentingnya kata-kata orang-orang terdekat kita terhadap diri kita. Dan karena keterikatan secara emosional dengan orang terdekat, maka mudah bagi kita untuk menerima dan menjadi apa yang mereka katakan.

Berikut proses yang harus kamu jalani untuk akhirnya bisa sampai titik penerimaan dan perubahan diri untuk bertumbuh, dari kata-kata orang terdekat yang menyakiti hati kita:


1. Tuduhan yang Seringkali Tepat Sasaran dan Menyakitkan

Ini berlaku untuk kejelekan kita. keburukan kita yang dikenal orang terdekat kita. Biasanya itulah yang membuat kita sedih.

Aku pernah mendengar kata-kata seperti ini "Kalau kamu tersinggung, berarti yang dikatakannya benar. Kalau tidak benar, kenapa musti tersinggung?"

Kalau kamu meletakkan makna dari suatu kalimat yang diucapkan seseorang kepadamu, maka perasaanmu yang akan terpengaruh. Dan kalau perasaanmu terpengaruh, maka otak akan mencoba mencari jawaban logis akan perasaan tersebut: benar atau tidak.

Dan ketika kita merasa tersinggung, kita merasa kita benar, kita merasa tidak seperti yang mereka katakan, maka kita akan berusaha mengkoreksi kata-kata mereka.

Tapi untuk orang terdekat, biasanya mereka akan menjawab "Aku ini kenal banget kamu ya.", yang bahkan sebelum kita membalas atau mengkoreksi, kita sudah mengiyakan bahwa mereka "sangat mengenal diri kita", mungkin melebihi diri kita sendiri.

Lalu secara tidak sadar, kita memutuskan untuk menerima bahwa seperti itulah diri kita. Seperti yang mereka bilang.

Ini terjadi padaku.
Ketika orang terdekat ini mengatakan sesuatu yang bagiku sangat sensitif karena tidak sengaja memberiku 'label', dan aku tahu itu benar, aku akan menangis sampai mata bengkak. Aku tahu kata-kata itu benar, tapi dalam hati kecil aku tidak mau menjadi seperti itu. Apalagi ketika kita sedang berusaha untuk berubah menjadi lebih baik, tapi orang terdekat tidak pernah melihat perjuangan yang kita lakukan untuk berubah, dan hanya menunjuk hal-hal yang salah, rasa sakitnya kadang bisa menjadi berkali-kali lipat.

Kalau kamu pemalas, mereka mungkin berkata "Kamu malas sih, makannya orang juga malas lihat kamu..."

Kalau kamu tidak pandai bersosialisasi, mereka mungkin berkata "Kamu sih nggak bisa bersosialisasi, makannya nggak punya teman"

Kalau kita tidak bisa memasak, mereka bisa saja berkata "Masak aja nggak bisa, gimana mau siap berumah tangga?"

Sahabatmu mungkin sangat kenal kamu, sampai-sampai berkata "Kamu kalau nggak pernah pacaran, mungkin bakal jadi perawan tua lho."

Kelemahan yang jelas-jelas kita tahu, tapi harus dipertegas berulang-ulang dengan orang-orang terdekat kita yang meman tahu dan kenal diri kita.

Rasa sakit itu muncul, dan kita terpaksa menelannya. Tapi kawan, kalau kamu memang sedang dalam proses untuk merubah itu semua, merubah kata-kata yang mereka pertegas seolah mereka perlu mengatakannya agar 'kamu berubah', ingatlah:  jangan pernah berubah untuk mereka.

Kalau kamu memang berubah, berubahlah untuk dirimu sendiri, untuk keuntunganmu sendiri. Setiap perubahan yang kamu niatkan dan inginkan, maka lakukan untuk diri sendiri. Bukan untuk mereka, bahkan orang-orang terkasih yang sangat dekat denganmu.

Tapi kalaupun kata-kata itu sama sekali tidak benar, dan kamu merasa sedih karena kamu kaget 'bisa-bisanya mereka berfikir demikian?', ingatlah, bahwa itu bukan kamu. Mereka mencoba memvalidasimu, tapi selama kamu meyakini bahwa kamu tidak demikian, maka kamu tidak akan menjadi seperti itu. Jangan biarkan kata-kata mereka menjadi kenyataan dan merubahmu secara tidak sadar seperti apa yang mereka ucapkan.

2. Bahkan Merekapun Memiliki Luka di Masa Lalu

Kata-kata orang terdekat yang menyakiti hatimu, tapi ternyata dikatakan secara tidak sadar dan tanpa bermaksud untuk menyakiti, percayalah bahwa itu datang dari alam bawah sadarnya. Sesuatu yang datang dari alam bawah sadar, berarti itu hasil dari sebuah kebiasaan. Dan kebiasaan terbentuk karena sesuatu yang terulang dalam hidupnya selama bertahun-tahun.

Jika orang terdekat yang kamu sayangi tidak sengaja berkata bahwa kamu tidak akan punya suami karena tidak pernah pacaran, sebenarnya mereka hanya ingin berkata: apa yang bisa kubantu dan kulakukan untuk kamu keluar dari kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.

Kenapa bukan kata-kata itu yang keluar, karena mereka tidak terbiasa untuk menawarkan bantuan, meskipun ia ingin melakukannya.

Tapi jika sebuah tuduhan yang hampir tidak benar diarahkan kepadamu pada saat orang tersebut sedang emosi dan marah, maka bisa jadi itu adalah cerminan dari apa yang pernah dialaminya di masa lalu. Mungkin, ada orang terdekatnya yang pernah menuduhnya seperi itu sehingga mau tidak mau yang menerimanya kembali adalah orang terdekat berikutnya yaitu kamu. Karena mungkin selama ini amarahnya hanya dipendam dan tidak tahu bagaimana cara mengeluarkannya.

"Kamu itu berharga. Hanya kadang kala, kamu dibesarkan oleh orang yang banyak terluka dalam kehidupannya."


3. Koreksi Jika Mampu. Jika Tidak Bisa, Lepaskan dan Ikhlaskan.

Kalau memang kamu berani dan mampu untuk mengoreksi bahwa kata-kata itu salah, lakukanlah dengan lembut. Seringkali mereka tidak sadar telah menyakitimu, maka jika kamu mengatakan bahwa kata-kata tertentu atau tuduhan tertentu benar-benar memberikan luka padamu, mungkin mereka akan sadar bahwa bukan itu maksud sebenarnya. Mereka akan intropeksi kembali, mencoba menelusur masa lalu yang ternyata membuatnya tidak sengaja menyakiti seseorang yang sangat berarti baginya.

Karena kalau kamu dan orang itu sangat dekat dan hubungan kalian didasari oleh rasa kasih sayang, percayalah bahwa orang tersebut tidak pernah bermaksud membuatmu merasa sedih. Apalagi kalau orang tersebut adalah orang yang selalu sedia berada disisimu bahkan dalam masa yang sulit.

Jika kamu tidak bisa mengatakannya secara langsung karena kamupun takut menyakiti hatinya, maka lakukan tahap ke-4.

4. Memaafkan Tanpa menjudge Diri Sendiri

Menerima, melepaskan, dan mengikhlaskan bukan berarti membiarkan kata-kata tersebut menjadi mutlak dan mampu menentukan siapa diri kita sesungguhnya. Jika memang kamu sedang dalam progress untuk berubah, maka fokuslah pada sosok dirimu yang baru, bukan sosok diri yang lama atau yang 'mereka tuduhkan adalah diri kamu sesungguhnya'. Karena kita memang bisa berubah, asalkan fokus kita tidak terdistraksi dari kata-kata orang yang salah menggunakan kata-kata sehingga justru bisa merusak citra diri yang sedang kita bentuk.

Ikhlaskan dirinya yang menyakitimu. Ingatlah bahwa orang tersebut mengatakan dan menyakiti hati kamu karena masa lalunya,karena seperti itulah cara orang terdekatnya memberi luka batin kepada dirinya. Meskipun begitu, jika kamu menerima begitu saja, kamu bisa melanjutkan siklus ini pada generasi selanjutnya, maka kamu harus memutus rantainya. Memutus rantai adalah dengan memaafkan, biarkan energi positif dari rasa empati itu memenuhi dirimu dan ikhlaskan kata-katanya yang menyakitimu.

Jika kamu ingin menjadi pribadi yang lebih baik, yang harus dilakukan adalah tidak membiarkan kata-kata itu mendefinisikan siapa kamu yang sesungguhnya. Karena meskipun mereka berkata 'mereka paling tahu diri kita', tapi sebenarnya yang paling mampu mengenal diri kita adalah kita sendiri. Bukan orang lain.

5. Buatlah Keputusan

Pada akhirnya, hanya kamu yang paling tahu apakah kamu bisa bertahan dalam situasi tersebut atau tidak. Jika terlalu berbahaya kata-kata mereka untuk kesehatan mental dan emosi kamu, sesungguhnya cara terbaik adalah pergi dan mencari lingkungan baru. Mungkin hubungan tersebut benar didasari oleh rasa sayang dan cinta kasih, tetapi jika hal tersebut merusakmu dan kamu harus pergi, serta kamu memiliki kemampuan untuk melakukannya, maka kamu bisa memutuskan untuk pergi.

Tapi kalau kamu tetap bertahan itu juga adalah keputusan. Jika kamu begitu menyayangi orang-orang ini sehingga rasanya tidak bisa jika meninggalkan mereka begitu saja, dan jika kamu harus bertahan, itu juga keputusan. Hanya kamu harus pandai untuk mengolah situasi yang mungkin akan menyakitimu. Fokus bukan pada menerima perbuatan mereka, tetapi fokus pada perubahan ke arah yang lebih baik untuk dirimu sendiri.

Ingatlah, dalam situasi ini, dirimu adalah peran utamanya. Dirimu adalah yang paling berharga dan harus diselamatkan. Entah kamu memutuskan pergi atau tinggal, kamu harus terus tetap bertahan dalam energi positif dan bahagia. Jangan sampai kamu terjebak dalam batin tersiksa atau kondisi mental yang semakin buruk ya.

6. Kamu Berubah, Mereka akan Berubah

Jangan pernah berharap orang lain berubah, tapi fokuslah untuk merubah diri sendiri. 
Kata-kata mereka kadang membuat kita menangis, membuat kita kecewa kenapa kita berada di lingkungan ini, kadang membuat kita melihat aspek dari setiap sisinya. Bahkan diam-diam kita berharap bahwa orang tersebut bisa melihatmu menjadi lebih baik.

Tapi jangan mengharapkannya.

Sebagai manusia, kita tentu ingin orang di sekitar kita melihat kemajuan dan perkembangan yang kita lakukan. Kita berharap bahwa mereka dapat menghargai kerja keras dan upaya kita dalam menjadikan diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Namun, kenyataannya kita tidak dapat mengendalikan persepsi orang lain atau apakah mereka akan berubah perilakunya terhadap kita. Hal yang dapat kita kendalikan hanya tindakan dan reaksi diri kita sendiri.

Jika kita ingin menjadi pribadi yang lebih baik, fokuslah pada perbaikan diri sendiri. Kerjakanlah kelemahan-kelemahan kita, pelajari keterampilan baru, dan kembangkan kebiasaan positif. Memang tidak mudah untuk berubah, namun hal ini sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

Dengan fokus pada perbaikan diri sendiri, kita juga dapat menjadi inspirasi bagi orang lain. Tindakan dan perubahan positif yang kita lakukan dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Sebagai gantinya berharap orang lain berubah, kita dapat memimpin dengan contoh dan menunjukkan cara untuk memperbaiki diri.

Kesimpulannya, janganlah berharap orang lain akan berubah, namun fokuslah pada perubahan diri sendiri. Kita tidak dapat mengendalikan bagaimana orang lain mempersepsi kita atau apakah mereka akan berubah perilakunya terhadap kita. Namun, kita dapat mengendalikan tindakan dan reaksi diri kita sendiri, dan bekerja untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.



Salam, Adlina Haezah

Komentar