Mengapa Masih Mempertanyakan Kapan Impianku Terwujud?


Kemarin ada sebuah video yang menurutku sangat menarik, tentang manifesting. Dan itu menjawab pertanyaan terakhirku tentang: Mengapa Aku Masih Mempertanyakan Kapan Impianku Terwujud?

Pertanyaan Kapan Impianku Terwujud? tersebut adalah satu sandungan dalam proses manifestasi, karena terdapat unsur keraguan di dalamnya. Semua praktisi yang kuikuti selalu hanya mengatakan untuk “tidak boleh ada ragu”, “harus yakin”, “tidak ada pertanyaan”, tanpa menunjukkan betapa berat prosesnya bahkan untuk mencapai ke tahap tanpa keraguan yang dimaksud. Aku pribadi sampai harus mencari secara terpisah mengenai: “Tahapan Untuk Merasa Yakin.”, “Bagaimana Rasanya Yakin”, dsb.

Dan yah, nggak ketemu juga. Kalaupun ada, tetap sulit dipahami secara praktek.

Dalam alur manifestasi yang aku pelajari. Tahap terakhir sebelum perwujudan atas impian kita adalah Letting Go / Surrender / Pasrah. Menyerahkan pada semesta, membiarkan Tuhan mengurus sisanya.

Teorinya seperti itu.

Dan prakteknya tidak Sesederhana itu.

Sama seperti proses berdoa. Kita Meminta > Kita Meyakini > Kita Melepaskan. Teorinya adalah: bahwa di waktu yang tepat, saat kita sudah layak, maka doa kita akan terkabul.

Masalahnya adalah dalam proses meyakini. Yakin itu seperti apa? Bagaimana caranya saya bisa merasa yakin?

Dalam law of attraction, salah satu proses untuk menuju keyakinan yang baru adalah dengan mengubah alam bawah sadar kita. Dan cara untuk mengubah alam bawah sadar bisa dengan cara: affirmasi, visualisasi, scripting, ataupun meditasi. Teori awalnya sebenarnya hanya melakukan pengulangan terus-menerus. Sama seperti saat kita tiba-tiba hafal sebuah lirik lagu hanya dengan cara mendengarkannya secara terus-menerus, begitupula dengan mengubah alam bawah sadar kita.

Dengan cara mengulang kata-kata tertentu yang kita inginkan menjadi diri kita yang baru, maka lama kelamaan akan hafal di luar kepala. Haha. Ya, hafalan. Itulah permasalahannya. Seringkali dalam melakukan praktek-praktek tersebut, rutinitas itu menjadi sebuah hafalan. Dan lupa, bahwa dalam merubah keyakinan, hafal saja tidak cukup. Kita harus mampu merasakannya.

Masalahnya, meskipun di tahap-tahap awal kita bisa merasakan apa yang kita katakan, saat hal tersebut menjadi rutinitas, maka muncul kebosanan, dan pada akhirnya yang kita lakukan hanyalah melakukan checklist harian dengan harapan disiplin yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang significant. Which is.. malah cuma jadi beban dan tugas harian tanpa ada perasaan yang mendasari.

Kebanyakan orang merasa hal tersebut cukup. Tapi untuk aku pribadi, yang kalau bosan sudah pasti akan berhenti melakukan. Padahal satu-satunya cara untuk merubah alam bawah sadar kita adalah dengan KONSISTEN.

Untungnya aku tidak menyerah untuk mencari tahu, sampai akhirnya bertemulah aku pada video yang menurutku sangat menarik. Yang kesimpulannya adalah bahwa Tanpa Keragua itu bukanlah sebuah cara, bukan sekadar sebuah perasaan, tetapi merupakan sebuah Pemberhentian. Sebuah titik. Sebuah tujuan.

Tanpa Keraguan ini adalah Sebuah Kepercayaan/Keyakinan, yang beda dengan Yakin yang merupakan sebuah perasaan.

Yakin yang kumaksud disini adalah sebuah perasaan dimana sifatnya sementara, sama seperti perasaan-perasaan kita yang lain. Mungkin di suatu hari, kita yakin untuk masuk Universitas A, tapi karena faktor tertentu kita jadi tidak Yakin lagi dengan Universitas A.

Sedangkan Tanpa Keraguan yang kumaksud disini, adalah sebuah kepercayaan yang bentuknya sama seperti kita Percaya dengan agama kita. Keberlangsungan akan keberadaannya bisa sangat lama, dan hanya berubah jika sistem keyakinannya yang dirubah. Karena dalam proses manifestasi kita ingin mencapai sikap pasrah, maka perasaan yakin saja tidak cukup. Kita harus sampai pada titik Tanpa Keraguan, yang dibentuk dari sistem kepercayaan yang baru, dan itu semua melalui proses.

Lucunya, setelah aku amati, untuk mencapai kepada Tanpa Keraguan tersebut, kita akan melewati proses seperti halnya mengupas bawang. . Keraguan akan hilang sepenuhnya, apabila kita bisa menghilangkan perasaan negatif yang selama ini melekat pada diri kita. Dan itu satu demi satu. Lapis demi lapis.

Contoh:

Anggaplah kita memiliki impian untuk punya penghasilan 100juta per bulan, tapi keyakinan kita selama ini adalah “100juta adalah uang yang sangat banyak rasanya sulit untuk didapatkan”. Nah, saat melakukan proses affirmasi tentang keberlimpahan misalnya, kita berkata “Uang datang ke dalam hidupku dengan mudah”, tapi ternyata kita menyadari ada sebuah keraguan yang muncul seperti “Masa sih uang bisa datang dengan mudah, gimana caranya?”.

Affirmasi dibuat dengan kata-kata yang seefektif mungkin mampu kita rasakan. Jadi kalau saat melakukannya kita merasakan kontra dengan kata-kata yang muncul, maka disitulah masalahnya yang membuat kita tidak segera sampai ke tujuan untuk merasa yakin.

Atau contoh lain misalnya diri sendiri:

Misalnya kita ingin mencapai titik bisa merasa percaya diri, tapi kita selalu memiliki keyakinan bahwa “Aku buruk, aku tidak cantik, aku memuakkan”. Saat melakukan affirmasi dan mengatakan “Aku mencintai diriku sendiri”, mungkin terdapat kontra juga disana. Jauh di pikiran kita mungkin kita akan berfikir “Gimana ceritanya bisa mencintai diri sendiri? Kamu kan nggak cantik”

Blok-blok keraguan saat affirmasi itulah yang membuat proses menuju tujuan dan tingkat keyakinan yang baru menjadi sangat sulit dan lama. Dan saat mengalami hal tersebut yang aku lakukan biasanya adalah dengan menyasar pada emosi yang muncul. Misalnya pada contoh 1: kita menyadari bahwa kita sedang terlalu kontra dengan affirmasi positif tentang uang. Itu menandakan bahwa kita memiliki masalah dengan uang, kita mungkin memiliki trauma akan uang. Dan disitu kita bisa coba untuk menyelam ke dalam diri kita, mungkin ke masa lalu kita. Apakah ada masalalu tentang uang yang menimbulkan kepedihan?

Mungkin saat kecil, kita pernah melihat bahwa hanya teman-teman yang punya banyak uang sajalah yang bisa menikmati mainan-mainan bagus. Atau mungkin kita pernah melihat, orang tua berdebat dengan uang. Mungkin kita sering tidak diperbolehkan membeli mainan tertentu karena tidak ada uang. Atau bisa cerita-cerita lain yang berhubungan dengan uang. Apakah ada rasa takut disana? Ataukah ada rasa khawatir? Apakah ada rasa dendam untuk bekerja keras dan menghasilkan bawa dendam?

Setiap emosi negatif yang muncul tersebut itulah, kita harus bersabar dengan proses untuk melepaskannya satu per satu.

Kita menyatu dengan semua perasaan. Jadi perasaan apapun itu, kita tidak bisa menolaknya hadir saat ia ingin hadir, begitupula sebaliknya. Kita tidak bisa memintanya hadir saat ia tidak ingin hadir. Tapi perasaan itu ada dalam diri kita selama kita hidup, hanya mereka saling bergantian munculnya, sesuai apa kejadian/situasi yang merupakan trigger untuk perasaan tersebut muncul. Dan selalu ada awal. Selalu ada kali pertama perasaan tertentu muncul, yang disimpan di otak kita, untuk digunakan kembali apabila situasi yang mirip muncul. Yang perlu kita lakukan adalah menerima perasaan itu muncul, lalu secara sadar mengenali bahwa ia ada dalam diri kita, dan tanpa menghakimi, tanpa memberi makanan pikiran kepadanya, kita biarkan ia di dalam diri kita selama waktu yang ia butuhkan. Maka pada waktu yang tepat ia akan pergi dengan sendirinya, dan menguap.

Saat tidak ada emosi negatif yang mendasari setiap kata baru untuk keyakinan baru yang kita ucapkan pada diri kita, maka melakukan affirmasi/scripting/visualisasi akan lebih mudah, perasaan positif akan lebih mudah dimunculkan. Proses mengubah alam bawah sadar bisa lebih cepat dilakukan, dan akhirnya Keyakinan kita akan berubah.

Tapi ini akan butuh waktu. Mungkin sehari, seminggu, sebulan, setahun, untuk kita sampai pada keyakinan yang baru. Take your time, karena setiap orang memiliki masa lalu yang berbeda beda, dan mengurus setiap emosi membutuhkan waktu yang berbeda-beda pula. Mungkin kita memerlukan tambahan usaha lain juga, untuk membuat kita semakin dekat dengan keyakinan kita semakin tinggi baru kita.

Saat keyakinan kita sudah berubah, kita akan pada tahap: mengetahui. Dan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat ragu akan hilang. Kita hanya tahu, bahwa yang kita inginkan itu sudah ada. Jadi kita tidak perlu lagi memintanya.

Lalu disitulah kita bisa melakukan proses terakhir, yaitu memasrahkannya pada alam semesta dan membiarkan Tuhan yang mengurus sisanya.


Salam, Adlina Haezah

Komentar