Saat aku memutuskan mengikuti NCT Dream, I just want to have a place to be happy as fast as possible. Secara egois aku bilang, bahwa niat awalnya aku tidak mau ikut dalam segala emosi lain selain senang dan gembira, aku nggak mau ikut 'duka'-nya mereka seperti saat mereka sedih, sakit, kecewa, saat mereka mendapat perlakuan tidak adil, dsb, pokoknya segala emosi yang membawaku masuk ke dalam energi negatif  awalnya kuputuskan untuk aku hindari. 

Maksudnya, secara logika lebih adil kalau aku hanya merasa senang karena mereka, karena itu pekerjaan mereka, dan mereka bersikap profesional.

Dan sebetulnya mudah, aku hanya perlu memberikan batas yang tegas agar aku tidak mudah sedih karena mereka-mereka yang bahkan tidak mengenalku. Tapi kamu nggak akan merasakan 'cinta' disana. Karena kamu main aman. Kamu menghindari emosi, dan kamu juga tidak mendapat emosi yang kamu inginkan. Sedangkan kita semua secara alami, sebagai manusia, selalu cenderung mencari tempat dimana kita bisa merasakan 'cinta' yang bisa begitu memberdayakan dan memberikan energi positif yang dahsyat. Dengan catatan, disitu termasuk berhapan dengan emosi-emosi negatif, karena disitu kita diuji untuk bisa kembali mengubahnya kembali .

Jadi akhirnya aku menerimanya, karena ketakutan untuk mendapat penderitaan hanya karena kamu ingin merasa aman dan nyaman tidak akan membuat kita belajar untuk bertumbuh mengatasi emosi-emosi negatif itu. Aku nggak akan berevolusi kalau aku nggak berani keluar dari zona nyaman emosi tertentu. 

Dan, tentu saja, ketika aku memutuskan untuk menerima segala konsekuensi dalam mencintai mereka, semua ini aku maksudkan untuk belajar. Seperti "Baiklah, aku akan belajar bertahan dalam gelombang segala macam emosi yang kutemui di fandom ini sebagai pemenang dengan tetap memiliki energi positif."

Bahkan sampai detik aku menuliskan ini, aku sedang berbicara pada diriku sendiri bahwa aku harus ingat kembali: aku mengikuti mereka untuk menerima segala energi positif yang cukup besar untuk bisa aku gunakan 'untuk kehidupanku' sendiri. Dan kali ini, aku ingin memberikan sebagian dari energi-energi positif yang aku dapat ini kembali ke mereka, karena aku tahu saat ini mereka lebih membutuhkan energi positif daripada negatif.

Energi positif bukanlah energi yang di dalamnya terdapat amarah, kekecewaan, takut, sedih, dsb. Karena saat kita mendoakan mereka dengan energi-energi ini, maka energi itu tidak akan diterima dengan positif.

Energi yang aku maksud adalah energi yang memberdayakan: perasaan sayang, cinta, bersyukur, gembira, senang. Kalau kamu ada dalam kondisi dimana kamu bisa mengakses emosi-emosi ini, kamu bisa gunakan ini untuk mendoakan mereka, dan entah kenapa aku yakin energi kamu akan sampai ke mereka. Karena dalam dunia fisika kuantum, tidak ada jarak dan waktu.

Di sisi dunia yang lain ini, ada kami yang kehidupannya sedang baik, yang sedang merasa senang, yang sedang dalam posisi mudah untuk menerima energi positif. Dan disana, di tempat mereka, merekalah yang saat ini sedang jatuh, sedang sedih, dan sedang berduka. Dibandingkan ikut bersedih dan merasakan energi negatif yang mungkin sedang mereka rasakan, saat ini aku lebih memilih untuk fokus tetap pada energi-energi positif yang cukup kuat untuk bisa kupancarkan kembali ke mereka.

Belibet banget deh aku ngomongnya, tapi semoga kamu bisa mengerti.

Ada masa, ketika aku menerima energi positif mereka dan percaya bahkan mereka tidak akan pernah menyakitiku, memberiku rasa sedih dan kecewa, dan kemudian aku mulai lupa, bahwa mereka ini manusia. Mereka bukan hadir untuk memotivasi, tapi untuk menunjukkan secara langsung bagaimana sebuah pertumbuhan terjadi.

Meskipun mereka berusaha untuk hanya memperlihatkan keindahan diri mereka, mereka juga ada untuk memotivasi, memberi inspirasi, menggunakan 'diri mereka' sendiri sebagai sumber belajarnya.

Karena mudah bagi kita untuk menerima pesan dari keberadaan mereka dengan terhubung dengan mereka sendiri. Bahwa mereka bukan malaikat yang sempurna, bahwa merekapun sama seperti kita. Di satu sisi mereka bekerja dengan profesional, di sisi lain mereka hanyalah 


Aku salah karena aku memiliki ekspektasi bisa mendatangi mereka dikala aku butuh hiburan.

Tapi pada akhirnya aku sadar, bahwa ada resiko dalam mencintai apapun itu. 

Apakah kemudian aku harus menjauhi mereka?

Aku memutuskan melalui tulisan ini bahwa, tidak, aku tidak perlu melakukannya. Aku bisa menggunakan pendekatan berbeda. Aku di masa lalu jelas akan menjauh sejauh-jauhnya dari sumber yang membuatku merasa sakit dan sedih. Seperti super junior dulu. Itu adalah hal yang paling mudah untuk membuatku kembali bisa menjalankan kehidupanku dengan normal. Lalu kemudian aku menyesal karena meninggalkan mereka saat aku sibuk dengan kehidupanku yang mulai membaik.

Oleh karenanya, kali ini aku yakin bisa mengubahnya. Maksudnya, aku sudah melakukan banyak hal untuk bisa menomorsatukan diriku, dan tidak kalah dengan sumber yang hanya urutan kesekian dalam hidupku itu. Ini adalah saat yang tepat untuk aku bisa belajar, menggunakan kemampuan yang aku latih, untuk bertahan dalam gelombang negatif, dan bisa tetap bertahan dengan positif. Susah?: Susah. Makannya aku benar-benar berjuang saat melakukan ini. Aku mengambil jalur yang berbeda arah, dan ini bahkan bukan jalur yang mudah. Karena yang paling mudah adalah 'pergi'.

Salam, Adlina Haezah

Komentar